Jumat, 17 Januari 2014

Tugas Jurnalistik dasa aksara


DASA AKSARA DI DALAM TUBUH MANUSIA (Bhuana Alit)

Dewa Ayu Dewi Purnawati
(10.1.1.1.1.3896)

Abstrak
Umat Hindu di Bali yang sudah lama menganut ajaran Siwaisme, maka yang menonjol adalah aksara modre yang dipergunakan oleh penganut ajaran ini. Aksara Suci termaksud ada sepuluh buah yaitu SA, BA, TA, A, I, NA, MA, ma, si, wa, ya atau sang, bang, tang, ang,ing, nang, mang, sing, wang, yang. Setiap tubuh manusia terdapat huruf – huruf yang sangat disucikan, diceritakan pula bahwa Dewa-Dewa dari huruf suci tersebut bersatu menjadi sang hyang ‘dasa aksara’. Dasa aksara merupakan sepuluh huruf utama dalam alam ini yang merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya dan sangat erat hubungannya dengan dewata nawasanga. Dari sepuluh huruf bersatu menjadi panca brahma (lima hurup suci untuk menciptakan dan menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara (tiga hurup), tri aksara menjadi eka aksara (satu hurup). Ini hurupnya: “OM”. Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar selalu di ingat dan diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang terletak didalam tubuh kita (bhuana alit) ataupun dalam jagat raya ini (bhuana agung) .
Kesepuluh huruf atau yang disebut dengan Dasa Aksara dipandang sakti. Aksara Ang, Ung dan Mang disingkat AUM atau OM dan dibaca ONG merupakan simbul Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Saiwa (Trimurti atau Tri Sakti) yang kesaktiannya diakui baik oleh aliran Siwa maupun Buddha. Aksara OM merupakan simbul dari Utpeti, Sthiti dan Pralina yaitu lahir, hidup dan mati. Dasa Aksara adalah bahasa Bali, atau bahasa Kawi berarti sepuluh (10) hurup suci penghubung energy diri dengan energi vital alam semesta yang mengontrol , mengatur perputaran alam semesta, baik microcosmos ataupun macrocosmos. Energy ini sebagai penentu kehidupan semua mahluk dan yang menentukan hidup matinya kehidupan di muka bumi ini.
Dasa Aksara itu membangkitkan energi dalam tubuh kita sehingga energi vital kita terbangkitan secara maksimal melalui pengucapan dan visualisasi atau niat di arahkan kedalam tubuh kita. Berdasarkan uraian diatas bahwa di dalam tubuh manusia terdapat aksara yang disebut dengan dasa aksara yang dapt membangkitkan energy vital dalam tubuh. Pembangkitkan energi Dasa aksara dalam tubuh kita sebagai berikut: (1) Sang niatkan membangkitkan energi di jantung, (2) Bang niatkan membangkitkan energi di hati, (3) Tang energi pada di kambung, (4) Ang energi di empedu, (5) Ing energi rangkaian hati, (6) Nang energi di paru paru, (7) Mang energi di usus halus, (8) Sing energi di ginjal, (9) Wang energi di pancreas, (10) Yang energi di ujung hati.





I.              PENDAHULUAN
Di Bali telah lama dikenal aksara atau huruf yang diperkirakan merupakan modifikasi dari huruf Jawa. Dan huruf Jawa ini mungkin berasal dari huruf Sansekerta. Diduga bahwa huruf ini dibawa oleh Raja Aji Saka yang dating ke Jawa pada tahun 78 Masehi. Sebab pada waktu itu mulai diterapkan Tahun Saka yang berbeda sekitar 78 tahun dengan tahun Masehi. Huruf yang diperkenalkan pada waktu itu sebenarnya bukan huruf tetapi suku kata, yang terdiri atas suku kata: Ha, na, ca, ra, ka, ga, ta, ma, nga, ba, sa, wa, la, pa, da, ja, ya, nya.
            Kedelapan belas aksara ini dapat dirangkaikan menjadi suatu kalimat untuk memudahkan menghapalkannya, yakni: Hana caraka gata mangaba sawala pada jayanya. Artinya: ada (dua orang) hamba berpengalaman membawa surat, sama perwiranya. Tetapi ada pula yang menulis aksara ini sebagai berikut: Hana caraka dhata sawala pada jayanya magabathanga. Artinya: Ada (dua) prajurit berkelahi, sama saktinya (akhirnya) keduanya menjadi mayat.
Kedelapan belas aksara ini merupakan wre-astra, yakni aksara yang tampak dan dapat diajarkan kepada siapa saja. Sedangkan aksara yang tidak tampak yang terdiri atas dua buah aksara disebut swalalita yaitu Ah dan Ang; merupakan aksara yang tidak boleh diajarkan kepada sembarang orang. Kedua aksara swalalita ini dilengkapi dengan pangangge sastra, yaitu kelengkapan aksara berupa ardha-candra berbentuk bulan sabit, windu yang melambangkan matahari berbentuk bulatan dan nada melambangkan bintang yang dilukis sebagai segi tiga. Ketiga pangangge sastra ini sering dipasangkan dengan aksara huruf hidup: a, i, u, e, o sehingga dibaca menjadi: ang, eng, ing, ong, dan ung. Suku kata ini disebut: ang-kara, eng-kara, ing-kara, ong-kara, dan ung-kara. Bentuk seperti ini disebut modre. Kelengkapan ketiga aksara swalalita ini sering dihubungkan dengan kekuatan dan simbol dari dewa, sehingga bentuk windu adalah lambang agni, Dewa Brahma, sama dengan aksara Ang. Bentuk ardha-candra adalah lambang air, Dewa Wisnu sama dengan aksara Ung. Dan bentuk nada adalah lambang udara, Dewa Siwa sama dengan aksara Mang. Ketiga aksara ini jika disatukan akan menjadi Ang-Ung-Mang atau A-U-M yang dibaca Aum atau Om. Di Bali diucapkan Ong. Aksara Ong-kara inilah sumber dari semua aksara, sehingga disebut wija-aksara, aksara yang maha suci, lambang Dewa Trimurti (Nala, 1993:96-97).
          Menurut  Prof.Dr. Tjok Rai Sudharta MA, (SARAD No.36/2003) perjalanan Agama Hindu sampai di Indonesia ternyata tidak semua langsung datang atau dibawa dari India. Agama Hindu di India sendiri menyentuh Nepal, sehingga bangunan Meru yang ada disana sama dengan yang ada di Bali. Lalu menyentuh juga Tibet, sehingga sarana genta dan petanganan mudra yang dipakai Sulinggih di Bali juga dipakai di Tibet. Kemudian menuju Asia Tenggara, Cina, sampai menyebrang ke Kalimantan Timur (Kutai). Oleh karena itu ada sarana uang kepeng atau jinah bolong, dupa dan uluntaga. Itulah berbagai jenis simbul yang kini ditemukan dan dipergunakan di Bali.
          Mengenai simbol lain dalam bentuk huruf atau aksara, di Bali dikenal ada tiga macam aksara, yaitu: (a) Pertama aksara wrestra. Aksara ini digunakan dalam bahasa Bali lumrah berdasarkan hanacaraka yang berjumlah 18 aksara. (b) Kedua aksara swalalita. Aksara ini digunakan dalam sastra Jawa Kuno, berjumlah 35 aksara, hampir sama dengan aksara dalam bahasa Sansekerta. (c) Ketiga aksara modre. Aksara ini digunakan untuk kadyatmikan seperti untuk japa, mantra, lambang-lambang keagamaan, upacara yang berhubungan dengan dunia kegaiban dan pengobatan (usada). Aksara modre inilah yang dimaksud dengan Aksara Suci dalam Agama Hindu (Suhardana, 2006:90).
Dasa Aksara adalah bahasa Bali, atau bahasa Kawi berarti sepuluh (10) hurup suci penghubung energy diri dengan energi vital alam semesta yang mengontrol, mengatur perputaran alam semesta, baik microcosmos ataupun macrocosmos. Energy ini sebagai penentu kehidupan semua mahluk dan yang menentukan hidup matinya kehidupan di muka bumi ini. Dasa Aksara ibarat sebuah Password yang menghubungkan kita dengan lautan energy cosmic. Jadi untuk menarik, mentransfer dan mengharmoniskan energy mahluk dengan energy alam semesta, harus di kuasai Dasa Aksara atau password penghubungnya. Sehingga penggunaan energi ini bisa efektif dipergunakan dalam segala keperluan.
Dasa Aksara adalah penghubung setiap penjuru alam sebagai sumber energy vital alam semesta yang disebut Prana. Prana  adalah lautan energi alam semesta yang terhubung terpusat disetiap penjuru alam semesta (macrocosmos) dan terhubung di setiap organ-organ penting mahluk hidup (microcosmos). Kekacauan atau ketidak harmonisan energy ini menyebabkan hancurnya cosmic dan ketidakharmonisan energi ini dalam tubuh menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

II.           PEMBAHASAN
2.1         Pengertian Dasa Aksara
Wilayah Indonesia terdapat bermacam-macam agama salah satunya agama hindu, yang kita bahas saat ini tentang umat Hindu di Bali yang sudah lama menganut ajaran Siwaisme, maka yang menonjol adalah aksara modre yang dipergunakan oleh penganut ajaran ini. Aksara Suci termaksud ada sepuluh buah yaitu SA, BA, TA, A, I, NA, MA, ma, si, wa, ya atau sang, bang, tang, ang,ing, nang, mang, sing, wang, yang. Setiap tubuh manusia terdapat huruf – huruf yang sangat disucikan, diceritakan pula bahwa Dewa-Dewa dari huruf suci tersebut bersatu menjadi sang hyang ‘dasa aksara’. Dasa aksara merupakan sepuluh huruf utama dalam alam ini yang merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya dan sangat erat hubungannya dengan dewata nawasanga. Dari sepuluh huruf bersatu menjadi panca brahma (lima hurup suci untuk menciptakan dan menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara (tiga hurup), tri aksara menjadi eka aksara (satu hurup). Ini hurupnya: “OM”. Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar selalu di ingat dan diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang terletak didalam tubuh kita (bhuana alit) ataupun dalam jagat raya ini (bhuana agung) .
Pada kekuatan dasa aksara yaitu sepuluh huruf yang memilki kekuatan hebat ini sejatinya adalah sebuah urutan mantra atau bija mantra (kunci) kesepuluh bija mantra itu adalah : SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA. dan di akhiri dengan huruf mati bila di suarakan akan menjadi seperti ini : Sang, Bang, tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, Yang.
Ketika anda menyuarakan dengan panjang dan pelan kesepuluh huruf ini maka energi hangat dalam tubuh bisa anda rasakan pada saat ini juga. Kenapa demikian karena kesepuluh aksara magis ini mengandung kekuatan yang luar biasa secara energi. Dengan mengetahui cara pembangkitan energi dasa aksara ini maka anda akan memilki kekuatan dan daya Prana yang aktif serta bisa di gunakan untuk pengobatan, perlindungan, dan spiritualitas.
Dengan pengertian seperti itu, maka arti dari dasa aksara ini adalah orang yang mempunyai tingkah laku dan pikiran (idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan bayu kekuatan dari Siwa. Dengan menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu mempergunakan dasa bayu untuk kesehjateraan buana alit dan buana agung.
Jika Panca Tirtha digabung dengan panca brahma ditambah dengan Tri Aksara dan Eka Aksara akan terjadi Catur Dasa aksara. Catur Dasa Aksara ini terdiri atas: sa-ba-ta-a-i ditambah na-ma-si-wa-ya, serta digabung dengan ang-ung-mang dan ong-kara yang erat kaitannya dengan catur-dasa-bayu, suatu kekuatan yang ada di dalam buana alit dan buana agung, yang memungkinkan manusia dan dunia hidup dengan wajar.
          Masing-masing dari aksara ini mempunyai linggih, genah, sthana (tempat, kedudukan) baik di dalam badan manusia (bhuana alit, mikrokosmos), maupun di alam raya (bhuana agung, makrokosmos). Di tempat linggih, kedudukan letak atau sthana dari tiap aksara ini bersemayam pula di tempat itu para Dewa, Sang Hyang atau Batara, lengkap dengan lambang warna, senjata dan simbol perwujudannya. Agar lebih memudahkan untuk mempelajari kaitan antara linggih (sthana), dewa, beserta perlambangannya dengan Dasa Aksara akan dibuatkan tabel atau matriks (modifikasi dari isi lontar Krakah Modre) sebagai berikut:

Aksara Sang didalam badan manusia atau bhuana alit malinggih di jantung, di jagat raya bhuana agung berada diarah timur (Purwa), dengan dewanya Sang Hyang Iswara, serta lambing warnanya putih. Aksara Bang di bhuana alit berada di hati, di bhuana agung posisinya di arah selatan (daksina), dengan Sang Hyang Brahma sebagai batara atau dewanya, serta lambing merah warnanya. Aksara tang di bhuana alit berada di ungsilan atau buah pinggang, di bhuana agung bersemayam di barat dengan Sang Hyang Mahadewa sebagai dewanya, dan lambangnya berwarna kuning. Demikian penjelasan seterusnya untuk aksara ang, ing, nang, mang, sing, wang dan yang (terlihat pada table).

2.2    SAKTI
          Kesepuluh huruf atau yang disebut dengan Dasa Aksara dipandang sakti. Aksara Ang, Ung dan Mang disingkat AUM atau OM dan dibaca ONG merupakan simbul Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Saiwa (Trimurti atau Tri Sakti) yang kesaktiannya diakui baik oleh aliran Siwa maupun Buddha. Aksara OM merupakan simbul dari Utpeti, Sthiti dan Pralina yaitu lahir, hidup dan mati (Suhardana, 2006:91).

2.3     Hubungan Dasa Aksara dengan Tubuh Manusia (Bhuana Alit) dan Alam Semesta (Bhuna Agung)
   Setiap tubuh manusia terdapat hurup–hurup yang sangat disucikan, diceritakan pula bahwa Dewa-dewa dari hurup suci tersebut bersatu menjadi sang hyang ‘dasa aksara’. Dasa aksara merupakan sepuluh hurup utama dalam alam ini yang merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya. Dari sepuluh hurup bersatu menjadi panca brahma (lima hurup suci untuk menciptakan dan menghancurkan), panca brahma akan menyatu dan terpeas luluh menjadi tri aksara(tiga hurup Ang, Ung, Mang - A, U , M), tri aksara diperas lagi akan luluh menjadi Dwi Akasara ( Ang Ah ) Dwi Aksara diperas lagi akan luluh menjadi eka aksara (satu hurup). Ini hurupnya: “OM”. Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar selalu di ingat dan diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang terletak di dalam tubuh kita (bhuana alit) atau pun dalam jagat raya ini (bhuana agung).
Bagaimana Proses bersatunya ataupun terhubungnya sang hyang dasa aksara dalam badan ini. Yang pertama sang hyang sandhi reka yang terletak dalam badan kita ini. Beliau bertapa-beryoga sehingga beliau menjelma menjadi sang hyang eka jala resi. Sang hyang eka jala rsi beryoga muncul sang hyang ketu dan sang hyang rau. Sang hyang rau menciptakan kala (waktu), kegelapan, niat (jahat) yang sangat banyak, sedangkan sang hyang ketu menciptakan tiga aksara yang sangat berguna, diantaranya wreasta (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya), beserta swalalita dan modre. Sehingga jumlah hurupnya adalah dua puluh hurup.
            Aksara modre bersatu dengan Sembilan hurup wreasta yaitu dari ha-wa, yang kemudian disebut dasa sita. Aksara swalelita, bersatudengan Sembilan hurup wreasta lainnya yaitu ia-nya, yang kemudian disebut dengan sila dan dasa bayu.
Bertemu ketiga induk dari aksara suci tersebut; dasa sita, dasa sila, dasa bayu menjadi ‘dasa aksara’.
Sesungguhnya setiap huruf aksara itu membangkitkan energi dalam tubuh kita sehingga energi vital kita terbangkitan secara maksimal melalui pengucapan dan visualisasi atau niat di arahkan kedalam tubuh kita. Berdasarkan uraian diatas bahwa di dalam tubuh manusia terdapat aksara yang disebut dengan dasa aksara yang dapt membangkitkan energy vital dalam tubuh. Pembangkitkan energi Dasa aksara dalam tubuh kita sebagai berikut: (1) Sang niatkan membangkitkan energi di jantung, (2) Bang niatkan membangkitkan energi di hati, (3) Tang energi pada di kambung, (4) Ang energi di empedu, (5) Ing energi rangkaian hati, (6) Nang energi di paru paru, (7) Mang energi di usus halus, (8) Sing energi di ginjal, (9) Wang energi di pancreas, (10) Yang energi di ujung hati (Usada Bali:1993).

III.        Penutup
Dari pembahasan diatas dapat di tarik simpulan sebagai berikiut:
Dasa aksara merupakan sepuluh huruf utama dalam alam ini yang merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya dan sangat erat hubungannya dengan dewata nawasanga. Dari sepuluh huruf bersatu menjadi panca brahma (lima hurup suci untuk menciptakan dan menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara (tiga hurup), tri aksara menjadi eka aksara (satu hurup). Ini hurupnya: “OM”.Dasa aksara merupakan sepuluh aksara yang dikenal di bali, dasa aksara berbunyi sa, ba, ta, a, I, na, ma, si, wa, ya. Kesepuluh aksara ini dapat memunculkan suatu energi dalam tubuh manusia. Orang yang mempunyai tingkah laku dan pikiran (idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan bayu kekuatan dari Siwa. Dengan menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu mempergunakan dasa bayu untuk kesehjateraan bhuana alit dan bhuana agung.

Daftar Pustaka
Kaler, I Nyoman. Krakah Modre Aji Griguh.
Kanwil dep. agama propensi bali, 2006. Upadesa Tentang ajaran-ajaran agama hindu.
Nala, Ngurah. 2006. Aksara Bali dalam USADA. Surabaya : Paramita
Nala, ngurah. 1993. Usada bali. Denpasar: Pt Upada Sastra
Suhardana, K.M. 2006. Dasar-dasar Kepemangkuan. Surabaya : Paramita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar