DASA AKSARA
DI DALAM TUBUH MANUSIA (Bhuana Alit)
Dewa Ayu Dewi Purnawati
(10.1.1.1.1.3896)
Abstrak
Umat Hindu di Bali yang sudah lama menganut ajaran Siwaisme, maka yang
menonjol adalah aksara modre yang dipergunakan oleh penganut ajaran ini. Aksara
Suci termaksud ada sepuluh buah yaitu SA, BA, TA, A, I, NA, MA, ma, si, wa, ya
atau sang, bang, tang, ang,ing, nang, mang, sing, wang, yang. Setiap tubuh
manusia terdapat huruf – huruf yang sangat disucikan, diceritakan pula bahwa
Dewa-Dewa dari huruf suci tersebut bersatu menjadi sang hyang ‘dasa aksara’. Dasa aksara merupakan sepuluh huruf
utama dalam alam ini yang merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya dan
sangat erat hubungannya dengan dewata nawasanga. Dari sepuluh huruf bersatu menjadi panca brahma (lima hurup suci untuk
menciptakan dan menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara (tiga hurup), tri aksara menjadi eka aksara (satu
hurup). Ini hurupnya: “OM”. Bila
sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar selalu di ingat dan
diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang terletak didalam tubuh kita (bhuana alit) ataupun
dalam jagat raya ini (bhuana agung) .
Kesepuluh huruf atau yang disebut dengan Dasa Aksara dipandang sakti.
Aksara Ang, Ung dan Mang disingkat AUM atau OM dan dibaca ONG merupakan simbul
Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Saiwa (Trimurti atau Tri Sakti) yang
kesaktiannya diakui baik oleh aliran Siwa maupun Buddha. Aksara OM merupakan
simbul dari Utpeti, Sthiti dan Pralina yaitu lahir, hidup dan mati. Dasa
Aksara adalah bahasa Bali, atau bahasa Kawi berarti sepuluh (10) hurup suci
penghubung energy diri dengan energi vital alam semesta yang mengontrol ,
mengatur perputaran alam semesta, baik microcosmos
ataupun macrocosmos. Energy ini
sebagai penentu kehidupan semua mahluk dan yang menentukan hidup matinya
kehidupan di muka bumi ini.
Dasa Aksara itu membangkitkan energi
dalam tubuh kita sehingga energi vital kita terbangkitan secara maksimal
melalui pengucapan dan visualisasi atau niat di arahkan kedalam tubuh kita.
Berdasarkan uraian diatas bahwa di dalam tubuh manusia terdapat aksara yang
disebut dengan dasa aksara yang dapt membangkitkan energy vital dalam tubuh.
Pembangkitkan energi Dasa aksara dalam tubuh kita sebagai berikut: (1) Sang
niatkan membangkitkan energi di jantung, (2) Bang niatkan membangkitkan energi
di hati, (3) Tang energi pada di kambung, (4) Ang energi di empedu, (5) Ing
energi rangkaian hati, (6) Nang energi di paru paru, (7) Mang energi di usus
halus, (8) Sing energi di ginjal, (9) Wang energi di pancreas, (10) Yang energi
di ujung hati.
I.
PENDAHULUAN
Di Bali telah lama dikenal aksara atau
huruf yang diperkirakan merupakan modifikasi dari huruf Jawa. Dan huruf Jawa
ini mungkin berasal dari huruf Sansekerta. Diduga bahwa huruf ini dibawa oleh
Raja Aji Saka yang dating ke Jawa pada tahun 78 Masehi. Sebab pada waktu itu
mulai diterapkan Tahun Saka yang berbeda sekitar 78 tahun dengan tahun Masehi.
Huruf yang diperkenalkan pada waktu itu sebenarnya bukan huruf tetapi suku
kata, yang terdiri atas suku kata: Ha, na, ca, ra, ka, ga, ta, ma, nga, ba, sa,
wa, la, pa, da, ja, ya, nya.
Kedelapan
belas aksara ini dapat dirangkaikan menjadi suatu kalimat untuk memudahkan
menghapalkannya, yakni: Hana caraka gata mangaba sawala pada jayanya. Artinya:
ada (dua orang) hamba berpengalaman membawa surat, sama perwiranya. Tetapi ada
pula yang menulis aksara ini sebagai berikut: Hana caraka dhata sawala pada
jayanya magabathanga. Artinya: Ada (dua) prajurit berkelahi, sama saktinya
(akhirnya) keduanya menjadi mayat.
Kedelapan
belas aksara ini merupakan wre-astra, yakni aksara yang tampak dan dapat
diajarkan kepada siapa saja. Sedangkan aksara yang tidak tampak yang terdiri
atas dua buah aksara disebut swalalita yaitu Ah dan Ang; merupakan aksara yang
tidak boleh diajarkan kepada sembarang orang. Kedua aksara swalalita ini
dilengkapi dengan pangangge sastra, yaitu kelengkapan aksara berupa ardha-candra
berbentuk bulan sabit, windu yang melambangkan matahari berbentuk bulatan dan
nada melambangkan bintang yang dilukis sebagai segi tiga. Ketiga pangangge
sastra ini sering dipasangkan dengan aksara huruf hidup: a, i, u, e, o sehingga
dibaca menjadi: ang, eng, ing, ong, dan ung. Suku kata ini
disebut: ang-kara, eng-kara, ing-kara, ong-kara, dan ung-kara. Bentuk seperti
ini disebut modre.
Kelengkapan ketiga aksara swalalita ini sering
dihubungkan dengan kekuatan dan simbol dari dewa, sehingga bentuk windu adalah
lambang agni, Dewa Brahma, sama dengan aksara Ang. Bentuk ardha-candra adalah
lambang air, Dewa Wisnu sama dengan aksara Ung. Dan bentuk nada adalah lambang
udara, Dewa Siwa sama dengan aksara Mang. Ketiga aksara ini jika disatukan akan
menjadi Ang-Ung-Mang atau A-U-M yang dibaca Aum atau Om. Di Bali diucapkan Ong.
Aksara Ong-kara inilah sumber dari semua aksara, sehingga disebut wija-aksara,
aksara yang maha suci, lambang Dewa Trimurti (Nala, 1993:96-97).
Menurut Prof.Dr. Tjok Rai Sudharta MA, (SARAD
No.36/2003) perjalanan Agama Hindu sampai di Indonesia ternyata tidak semua
langsung datang atau dibawa dari India. Agama Hindu di India sendiri menyentuh
Nepal, sehingga bangunan Meru yang ada disana sama dengan yang ada di Bali.
Lalu menyentuh juga Tibet, sehingga sarana genta dan petanganan mudra yang
dipakai Sulinggih di Bali juga dipakai di Tibet. Kemudian menuju Asia Tenggara,
Cina, sampai menyebrang ke Kalimantan Timur (Kutai). Oleh karena itu ada sarana
uang kepeng atau jinah bolong, dupa dan uluntaga. Itulah berbagai jenis simbul
yang kini ditemukan dan dipergunakan di Bali.
Mengenai
simbol lain dalam bentuk huruf atau aksara, di Bali dikenal ada tiga macam
aksara, yaitu: (a) Pertama aksara wrestra. Aksara ini digunakan dalam bahasa
Bali lumrah berdasarkan hanacaraka yang berjumlah 18 aksara. (b) Kedua aksara
swalalita. Aksara ini digunakan dalam sastra Jawa Kuno, berjumlah 35 aksara,
hampir sama dengan aksara dalam bahasa Sansekerta. (c) Ketiga aksara modre.
Aksara ini digunakan untuk kadyatmikan seperti untuk japa, mantra,
lambang-lambang keagamaan, upacara yang berhubungan dengan dunia kegaiban dan
pengobatan (usada). Aksara modre inilah yang dimaksud dengan Aksara Suci dalam
Agama Hindu (Suhardana, 2006:90).
Dasa Aksara adalah bahasa Bali, atau
bahasa Kawi berarti sepuluh (10) hurup suci penghubung energy diri dengan
energi vital alam semesta yang mengontrol, mengatur perputaran alam semesta, baik
microcosmos ataupun macrocosmos. Energy ini sebagai penentu
kehidupan semua mahluk dan yang menentukan hidup matinya kehidupan di muka bumi
ini. Dasa Aksara ibarat sebuah Password yang menghubungkan kita dengan lautan energy cosmic. Jadi untuk menarik,
mentransfer dan mengharmoniskan energy mahluk dengan energy alam semesta, harus
di kuasai Dasa Aksara atau password penghubungnya. Sehingga penggunaan energi
ini bisa efektif dipergunakan dalam segala keperluan.
Dasa Aksara adalah penghubung setiap
penjuru alam sebagai sumber energy vital alam semesta yang disebut Prana. Prana
adalah lautan energi alam semesta yang terhubung terpusat disetiap
penjuru alam semesta (macrocosmos)
dan terhubung di setiap organ-organ penting mahluk hidup (microcosmos). Kekacauan atau ketidak harmonisan energy ini
menyebabkan hancurnya cosmic dan ketidakharmonisan energi ini dalam tubuh
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
II.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Dasa Aksara
Wilayah
Indonesia terdapat bermacam-macam agama salah satunya agama hindu, yang kita
bahas saat ini tentang umat Hindu di Bali yang sudah lama menganut ajaran
Siwaisme, maka yang menonjol adalah aksara modre yang dipergunakan oleh
penganut ajaran ini. Aksara Suci termaksud ada sepuluh buah yaitu SA, BA, TA,
A, I, NA, MA, ma, si, wa, ya atau sang, bang, tang, ang,ing, nang, mang, sing,
wang, yang. Setiap tubuh manusia terdapat huruf – huruf yang sangat disucikan,
diceritakan pula bahwa Dewa-Dewa dari huruf suci tersebut bersatu menjadi sang
hyang ‘dasa aksara’. Dasa aksara
merupakan sepuluh huruf utama dalam alam ini yang merupakan simbol dari
penguasa alam jagat raya dan sangat erat hubungannya dengan dewata nawasanga. Dari sepuluh huruf bersatu menjadi
panca brahma (lima hurup suci
untuk menciptakan dan menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara (tiga
hurup), tri aksara menjadi eka
aksara (satu hurup). Ini hurupnya: “OM”.
Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar selalu di ingat dan
diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang terletak didalam tubuh kita (bhuana alit) ataupun
dalam jagat raya ini (bhuana agung) .
Pada kekuatan dasa aksara yaitu sepuluh
huruf yang memilki kekuatan hebat ini sejatinya adalah sebuah urutan mantra
atau bija mantra (kunci) kesepuluh bija mantra itu adalah : SA, BA, TA, A, I,
NA, MA, SI, WA, YA. dan di akhiri dengan huruf mati bila di suarakan akan
menjadi seperti ini : Sang, Bang, tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, Yang.
Ketika anda menyuarakan dengan panjang
dan pelan kesepuluh huruf ini maka energi hangat dalam tubuh bisa anda rasakan
pada saat ini juga. Kenapa demikian karena kesepuluh aksara magis ini
mengandung kekuatan yang luar biasa secara energi. Dengan mengetahui cara
pembangkitan energi dasa aksara ini maka anda akan memilki kekuatan dan daya
Prana yang aktif serta bisa di gunakan untuk pengobatan, perlindungan, dan
spiritualitas.
Dengan pengertian seperti itu, maka arti
dari dasa aksara ini adalah orang yang mempunyai tingkah laku dan pikiran
(idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan bayu kekuatan dari Siwa. Dengan
menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu mempergunakan dasa bayu
untuk kesehjateraan buana alit dan buana agung.
Jika Panca Tirtha digabung dengan panca
brahma ditambah dengan Tri Aksara dan Eka Aksara akan terjadi Catur Dasa aksara.
Catur Dasa Aksara ini terdiri atas: sa-ba-ta-a-i
ditambah na-ma-si-wa-ya, serta
digabung dengan ang-ung-mang dan ong-kara yang erat kaitannya dengan
catur-dasa-bayu, suatu kekuatan yang ada di dalam buana alit dan buana agung,
yang memungkinkan manusia dan dunia hidup dengan wajar.
Masing-masing
dari aksara ini mempunyai linggih, genah,
sthana (tempat, kedudukan) baik di dalam badan manusia (bhuana alit, mikrokosmos), maupun di
alam raya (bhuana agung, makrokosmos).
Di tempat linggih, kedudukan letak
atau sthana dari tiap aksara ini
bersemayam pula di tempat itu para Dewa, Sang Hyang atau Batara, lengkap dengan
lambang warna, senjata dan simbol perwujudannya. Agar lebih memudahkan untuk
mempelajari kaitan antara linggih (sthana), dewa, beserta perlambangannya
dengan Dasa Aksara akan dibuatkan tabel atau matriks (modifikasi dari isi
lontar Krakah Modre) sebagai berikut:
Aksara
Sang didalam badan manusia atau bhuana alit malinggih di jantung, di jagat raya
bhuana agung berada diarah timur (Purwa), dengan dewanya Sang Hyang
Iswara, serta lambing warnanya putih. Aksara Bang di bhuana alit berada di
hati, di bhuana agung posisinya di
arah selatan (daksina), dengan Sang
Hyang Brahma sebagai batara atau dewanya, serta lambing merah warnanya. Aksara
tang di bhuana alit berada di ungsilan atau buah pinggang, di bhuana agung
bersemayam di barat dengan Sang Hyang Mahadewa sebagai dewanya, dan lambangnya
berwarna kuning. Demikian penjelasan seterusnya untuk aksara ang, ing, nang,
mang, sing, wang dan yang (terlihat pada table).
2.2 SAKTI
Kesepuluh
huruf atau yang disebut dengan Dasa Aksara dipandang sakti. Aksara Ang, Ung dan
Mang disingkat AUM atau OM dan dibaca ONG merupakan simbul Dewa Brahma, Dewa
Wisnu dan Dewa Saiwa (Trimurti atau Tri Sakti) yang kesaktiannya diakui baik
oleh aliran Siwa maupun Buddha. Aksara OM merupakan simbul dari Utpeti, Sthiti
dan Pralina yaitu lahir, hidup dan mati (Suhardana, 2006:91).
2.3 Hubungan
Dasa Aksara dengan Tubuh Manusia (Bhuana
Alit) dan Alam Semesta (Bhuna Agung)
Setiap
tubuh manusia terdapat hurup–hurup yang sangat disucikan, diceritakan pula
bahwa Dewa-dewa dari hurup suci tersebut bersatu menjadi sang hyang ‘dasa
aksara’. Dasa aksara merupakan sepuluh hurup utama dalam alam ini yang
merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya. Dari sepuluh hurup bersatu
menjadi panca brahma (lima hurup suci untuk menciptakan dan menghancurkan),
panca brahma akan menyatu dan terpeas luluh menjadi tri aksara(tiga hurup Ang,
Ung, Mang - A, U , M), tri aksara diperas lagi akan luluh menjadi Dwi Akasara (
Ang Ah ) Dwi Aksara diperas lagi akan luluh menjadi eka aksara (satu hurup).
Ini hurupnya: “OM”. Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar
selalu di ingat dan diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam
semesta yang terletak di dalam tubuh kita (bhuana alit) atau pun dalam jagat
raya ini (bhuana agung).
Bagaimana Proses bersatunya ataupun
terhubungnya sang hyang dasa aksara dalam badan ini. Yang pertama sang hyang
sandhi reka yang terletak dalam badan kita ini. Beliau bertapa-beryoga sehingga
beliau menjelma menjadi sang hyang eka jala resi. Sang hyang eka jala rsi
beryoga muncul sang hyang ketu dan sang hyang rau. Sang hyang rau menciptakan kala (waktu), kegelapan, niat (jahat)
yang sangat banyak, sedangkan sang hyang ketu menciptakan tiga aksara yang
sangat berguna, diantaranya wreasta (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la,
ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya), beserta swalalita dan modre. Sehingga jumlah
hurupnya adalah dua puluh hurup.
Aksara modre bersatu dengan Sembilan
hurup wreasta yaitu dari ha-wa, yang kemudian disebut dasa sita. Aksara
swalelita, bersatudengan Sembilan hurup wreasta lainnya yaitu ia-nya, yang kemudian
disebut dengan sila dan dasa bayu.
Bertemu ketiga induk dari aksara suci tersebut; dasa sita, dasa sila, dasa bayu menjadi ‘dasa aksara’.
Bertemu ketiga induk dari aksara suci tersebut; dasa sita, dasa sila, dasa bayu menjadi ‘dasa aksara’.
Sesungguhnya setiap
huruf aksara itu membangkitkan energi dalam tubuh kita sehingga energi vital
kita terbangkitan secara maksimal melalui pengucapan dan visualisasi atau niat
di arahkan kedalam tubuh kita. Berdasarkan uraian diatas bahwa di dalam tubuh
manusia terdapat aksara yang disebut dengan dasa aksara yang dapt membangkitkan
energy vital dalam tubuh. Pembangkitkan energi Dasa aksara dalam tubuh kita
sebagai berikut: (1) Sang niatkan membangkitkan energi di jantung, (2) Bang
niatkan membangkitkan energi di hati, (3) Tang energi pada di kambung, (4) Ang
energi di empedu, (5) Ing energi rangkaian hati, (6) Nang energi di paru paru, (7)
Mang energi di usus halus, (8) Sing energi di ginjal, (9) Wang energi di
pancreas, (10) Yang energi di ujung hati (Usada Bali:1993).
III.
Penutup
Dari pembahasan
diatas dapat di tarik simpulan sebagai berikiut:
Dasa aksara merupakan sepuluh huruf utama dalam alam ini yang
merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya dan sangat erat hubungannya
dengan dewata nawasanga. Dari sepuluh huruf bersatu menjadi
panca brahma (lima hurup suci
untuk menciptakan dan menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara (tiga
hurup), tri aksara menjadi eka
aksara (satu hurup). Ini hurupnya: “OM”.Dasa
aksara merupakan sepuluh aksara yang dikenal di bali, dasa aksara berbunyi sa,
ba, ta, a, I, na, ma, si, wa, ya. Kesepuluh aksara ini dapat memunculkan suatu
energi dalam tubuh manusia. Orang yang mempunyai tingkah laku dan pikiran
(idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan bayu kekuatan dari Siwa. Dengan
menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu mempergunakan dasa bayu
untuk kesehjateraan bhuana alit dan bhuana agung.
Daftar Pustaka
Kaler, I
Nyoman. Krakah Modre Aji Griguh.
Kanwil dep. agama
propensi bali, 2006. Upadesa Tentang ajaran-ajaran agama hindu.
Nala, Ngurah. 2006. Aksara Bali dalam USADA. Surabaya : Paramita
Nala, ngurah. 1993. Usada bali.
Denpasar: Pt Upada Sastra
Suhardana, K.M. 2006. Dasar-dasar Kepemangkuan. Surabaya : Paramita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar