Senin, 23 Desember 2013

Psikologi Pendidikan II





 

PSIKOLOGI PENDIDIKAN II
TEORI BELAJAR KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU : I KETUT PASEK GUNAWAN, S.Pd.H






IHDN DENPASAR

           NAMA : DEWA AYU DEWI PURNAWATI
           NIM      : 10.1.1.1.1.3896





JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI 
DENPASAR
2011


KATA PENGANTAR
O m Suastiastu,
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asungkerta warenugraha-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar Kognitif”, ini tepat pada waktunya. Malah ini dibuat dengan tujuan untuk membantu para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajarn dapat terjadi keaktifan dari siswa dalam proses belajar mengajar. Makalah yang saya susun tentang “Teori belajar kognitif” lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Yang menjadi dasar belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Tak ada gading yang tak retak”, demikian halnya dengan makalah yang telah kami susun ini. Oleh karena itu besar harapan kami bagi pembaca agar mau memberikan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penyusunan makalah kami selanjutnya. Kami juga mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan- kesalahan. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca.

Om Santih Santih Santih om
Singaraja, Desember 2011

                                                                                   Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif
2.1.1 Tujuan teori Belajar Konigtif
2.2 Perkembangan Teori Menurut Tokoh-Tokoh Psikologi Kognitif
2.2.1 Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget
2.2.2 Tahap Perkembangan Menurut Piaget
2.2.2.1 Tahap Sensorik Motor
2.2.2.2 Tahap Pra-operasional
2.2.2.3 Tahap Operasi Konkrit
2.2.2.4 Tahap Operasi Formal
2.2.3 Teori Belajar Menurut Bruner
2.2.4 Teori Belajar Menurut Ausubel
2.3 Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
 
Manusia merupakan mahkluk yang dianggap paling sempurana antara mahklu yang lain, karena manusia dilengkapi akal sehat serta memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingi tahu yang dimiliki manusia akan membawa manusia itu untuk belajar, demi mendapatkan pengetahuan. Kemampuan manusia untuk  belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan hewan. Kelakuan dan kemampuan melakukan sesuatu pada hewan tidak diperoleh melalui proses belajar, tetapi melalui mekanisme naluri yang berkembang dengan sendirinya, dan tidak dapat meningkat karena dibatasi oleh suatu pola yang  sudah tertentu. Belajar bagi manusia memainkan peranan penting dalam pewarisan kebudayaan berupa  kumpulan pengetahuan nilai sikap dan keterampilan kepada generasi pelanjut.
Belajar merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh manusia tak dapat terpisahkan. Belajar merupakan kebutuhan yang terpenting agar dapat mengembangkan kemampuan diri, serta mengagi ilmu pengetahuan sedalam mungkin. Dilihat dalam dunia pendidikan belajar merupakan kebutuhan pokok manusia yang sudah menjadi aktivitas sehari-hari dan penyelengaraan dalam proses belajar-mengajar disekolah. Dengan adanya proses belajar akan terjadi perubahan pada diri siswa. Namun jika kita lihat pada jaman sekarang, banyak tenaga pendidik yang kurang memahami perkembangan dan cara belajar peserta didiknya sehingga ilmu yang diberikan kurang dapat diserap dengan baik oleh peserta didik. Oleh karena itu, makalah ini disusun, untuk semua pengajar dan siswa supaya mengetahui makna, tujuan teori kognitif ini, serta mengerti dan menerapkan teori belajar kognitif dalam kegiatan pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dan tujuan Teori Belajar Kognitif? 
1.2.2 Bagaimana Perkembangan teori menurut tokoh-tokoh psikologi kognitif? 
1.2.3 Bagaimana penerapannya Teori Belajar Kognitif dalam kegiatan pembelajaran.
2.3 Tujuan Penulisan
2.3.1 Untuk mengetahui arti dari Teori Belajar Kognitif. 
2.3.2 Untuk mengetahui perkembangan teori menurut tokoh-tokoh psikolog kognitif. 
2.3.3 Agar mengetahui bagaimana penerapan Teori Belajar Kognitif dalam kegiatan pembelajaran.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah  pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan ( Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya teori kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Teori belajar Kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Dan belajar tidak hanya mementingkan stimulus dan respon, sangat berlawanan dengan teori behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus dan respon. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang disebut sebagai model perseptual. Dan menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Maka belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terliahat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori kognitif menekankan bahwa bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Teori ini bepandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kewajiban lainnya. Selain itu pengertian belajar berdasarkan teori kognitif merupakan perubahan dalam struktur mental seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan perilaku. Struktur mental ini meliputi : pengetahuan, pemahaman,pengalaman-pengalaman sebelumnya, keyakinan, keterampilan dan harapan. Teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses mental seperti berfikir dan memfokuskan pada apa yang terjadi pada siswa. 
2.1.1 Tujuan Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif ini sangat erat hubungan dan berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Tujuan dari teori psikologi adalah untuk membentuk hubungan yang teruji, yang teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka secara spesifik sesuai situasi psikologisnya. Teori kognitif dikembangkan terutama untuk membantu guru memahami orang lain, terutama muridnya. Ternyata hal ini dapat membantu si guru untuk memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Dalam teori kognitif belajar diartikan proses interaksional di mana seseorang memperoleh insight baru atau struktur kognitif dan merubah hal-hal yang lama.
Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar secara ilmliah yang dapat diterapkan ke situasi kelas dengan menghasilkan prosedur-prosedur di kelas untuk mendapatkan hasil yang paling produktif. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungan psikologisnya merupakan faktor-faktor yang saling tergantung satu dan lainnya. Teori ini dikembangkan berdasarkan tujuan yang melatar belakangi prilaku, cita-cita, cara-cara seseorang dan bagaimana seseorang memahami diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai tujuan orang tersebut. Setiap pengertian yang diperoleh berdasarkan pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan lingkungannya yang disebut insight.


2.2 Perkembangan Teori Menurut Tokoh-Tokoh Psikologi Kognitif.
Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif tampak dalam “tahap perkembangan”. Yang dikemukakan oleh beberapi tokoh psikologi konigtif.

2.2.1 Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget
Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitub suatu proses yang berdasarkan mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin kompleks susunan sel syarafnya dan kemampuan yang dimiliki semakin meningkat. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu atau pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan :
1) Refleks-refleks pembawaan : misalnya bernapas, makan, minum.
2) Scheme mental : misalnya pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati.
Jika schemas / skema / pola yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-hal yang dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan ekuilibrium (equilibrium), namu ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan pola-pola yang ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium) yaitu kondisi yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-anak : seorang anak yang baru pertama kali melihat buaya ia menyebutnya sebagai cecak besar, karena ia baru memiliki konsep cecak yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki konsep cecak dalam skemanya dan ketika ia melihat buaya untuk pertama kalinya, konsep cecaklah yang paling dekat dengan stimulus. Peristiwa ini pun bisa terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena kurangnya perbendaharaan kata atau dalam kehidupan sehari-harinya konsep tersebut jarang ditemui. Misalnya : seringkali orang menyebut kuda laut itu sebagai singa laut, padahal kedua binatang itu jauh berbeda cara hidupnya, lingkungan kehidupan, maupun bentuk tubuhnya dengan kuda ataupun singa. Asosiasi tersebut hanya berdasarkan sebagian bentuk tubuhnya yang hampir sama.
Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.
Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi (Piaget , 1988: 61 ; Turner, 1984: 8).
  1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
  2. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
  3. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
2.2.2 Tahap Perkembangan Menurut Piaget

Sebelum membahas tentang tahap perkembangan Menurut Piaget, kita mesti mengetahui konsep dari perkembangan Piaget. Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu; 
1. Intelegensi
  Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga tidak mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap orientasi biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P. Suparno,2001:19). 
2. Organisasi
  Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih tinggi. 
3. Skema
   Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. 
4. Asimilasi
  Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. 
5. Akomodasi
   Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang ada.
6. Ekuilibrasi
   Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.

Proses adaptasi memiliki dua bentuk dan terkjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Kedua ini terjadi apabila seseorang mengalami komplik kognitif atau suatu suatu ketidak seimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialami saat ini. Proses ini akan mempengarui struktur kognitif. Menurut piaget proses belajar terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Agar seseorang dapat mengembangkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses keseimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya atau proses ekuilibrasi. Tanpa proses ekuilibrasi, teori kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan tidak teratur (disorganized). Dapat tampak pada cara bercibara tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus dan sebagainya. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat keseimbangan di dalam struktur kognitif.
Seperti yang dijelaskan diatas, proses Asimilasi dan akomodasi mempengaruhi struktur kognitif. Perubahan struktur konigtif merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi pada tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget tahap-tahap perkembangan dapat dibagi menjadi empat yaitu:
2.2.2.1 Tahap Sensorik Motor (dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
2.2.2.2 Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.
2.2.2.3 Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.
2.2.2.4 Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak. 
 
2.2.3 Teori Belajar Menurut Bruner
Jerome Bruner (1966) adalah seorang psikologi teori kognitif yang khusus dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Menurut bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tig tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu: enactive, iconic dan symbolic.
2.2.3.1Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar. Artinya dalam memahami alam sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. misalnya : menggigit, sentuhan, pengangan dan sebagainnya.
2.2.3.2Tahap ikonik, seseorang memahami obyek-obyek atau visualisasi verbal. Maksudny, dalam memahami dunia sekitar anak belajar melalui bentuk perempumaan dan perbandingan.
2.2.3.3Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat diperlukan oleh kemampuannya berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitar anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika. Dengan komunikasi menggunakan simbol. Semakin matang pemikiran seseorang dalam berpikir. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.

2.2.4 Teori Belajar Bermakna Ausubel
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakma terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya. Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya. Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan (rote learning). Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna (meaningful learning). Ausubel (Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa :
Belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya”.
Kesimpulan yang ditarik oleh Ausubel ialah siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
David Ausable mengajukan 4 prinsip pembelajaran, yaitu:
  1. Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep lama denan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Pemggunaan pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
  1. Diferensiasi progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif dipekenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.
  1. Belajar superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsepkonsep yang lebih luas dan inklusif.
  1. Penyesuaian Integratif
Pada suatu sasat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausable mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif Caranya materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hiierarkhi-hierarkhi konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Penangkapan (reception learning). Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan oleh David Ausable sebgai jawaban atas ketidakpuasan model belajar diskoveri yang dikembankan oleh Jerome Bruner etrsebut. Menurut Ausubel , siswa tidak selalu mengetahui apa yang pening atau relevan untuk dirinya sendiri sehigga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah diajarkan di sekolah. Ausable menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan. Para pakar teori belajar penangakapan menyatakan bahwa tugas guru adalah:
  1. Menstrukturkan situasi belajar.
  2. Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
  3. Menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir yang dimulai dari gagasan
Inti belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori , yakni pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang bermakna (meaningful information). Pembelajaran ekspositori itu terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1) Penyajian advance organizer
Advance organizer merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan bagian-bagian utama yang etrcakup dalam urutan pengajaran. Advance organiberfungsi untuk menghubungakan gagasan yang disajikan di dalam pelajaran dengan informasi yang telah berda didalam pikiran siswa, dan memberikan skema organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik yang disajikan.

2)Penyajian materi atau tugas belajar.
Dalam tahap ini, guru menyajikan metri pembelajaran yang baru dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, film, atau menyajikan tugas-tugas belajar kepada siswa . Ausable menekankan tentang pentingnaya mempertahankan perhatian siswa, dan juaga pentingya pengorganisasian meteri pelajaran yang dikaitakan dengan struktur yang terdapat didalam advance organizer. Dia menyarankan suatu proses yang disebut dengan diferensiasi progresif, dimna pembelajaran berlangsung setahap demi setahap demi setahap, dimulai dari konsep umum menuju kepada informasi spesifik, contoh-contoh ilustratif, dan membandingkan antara konsep lama dengan konsep baru.

3)  Memperkuat organisasi kognitif.
Ausable menyarankan bahwa guru mencoba mengikatkan informasi baru ke dalam stuktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, degan cara mengingatkan siswa bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum. Pada akhir pembelajaran ini siswa diminta mengjukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai tingkat pemahamannya terhadap pelajaran yang baru dipelajari, menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan pengorgnaisasian matyeri pembelajaran sebagaiman yang
dideskripsikan didalam advance organizer samping itu juga memberikan pertanyanan kepada siswa dalam rangka menjajagi keluasan pemahaman siswa tentang isi pelajaran.

2.3 Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik seperti yang dilakukan dalam pendekatan behavioritas. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar sangat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsif-prinsif sebagai berikut: 
      1) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu. 
2) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit. 
3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipergunakan, karena dengan keaktifan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik 
4) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. 
5) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks. 
6) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. 
7) Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan yang terjadi misalnya: motivasi, persepsi, kemampuan, berpikir pengetahuan awal dan sebagainya.
Ketiga tokoh aliran kognitif seraca umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Sedangkan Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktifitas menemukan (discovery). Cara demikian akan mengarahkan siswa pada bentuk belajar induktif, yang menuntut banyak dilakukan pergaulan. Hal ini tercermin dari model kurikulum spiral yang dikemukannya. Berbeda dengan Bruner, Ausubel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak menekankan pada cara berpikir deduktif. Hal ini tampak dari kosefsinya mengenai Advance Organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari siswa.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Belajar menurut teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi dari teori ini ialah setiap orasng telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaftasi dengan struktur kognituf yang telah dimiliki seseorang. Tiga pakar yang terkenal dalam teori kognitif antara lain: Piaget, Bruner, dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang., serta melalui proses asimilasi, akomodasi, dan akuilibrasi. Sedangkan menurut Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur informasi dan tidak ditentukan uleh umur sesorang. Tapi proses belajar terjadi melalui tahap-tahap enaktik, ikonik, dan simbolik. Dan menurut Ausubel belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru. Proses belajar akan terjadi melaui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipaham.
Dalam kegiatan bpembelajaran, ketrlibatan siswa yang aktif amat diperhatikan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada siswa perlu diperhatikan, karena dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa serta dapat mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
3.2 Saran
Pada masa ini banyak tenaga pendidik yang kurang memahami perkembangan dan cara belajar peserta didiknya sehingga ilmu yang diberikan kurang dapat diserap dengan baik oleh peserta didik. Oleh karena itu, dengan adanya makalah tentang teori perkembangan kognitif diharapkan semua tenaga pendidik dapat mempelajari dan memahami tentang perkembangan kognitif para peserta didiknya.



Daftar Pustaka

Dahar Ratna Willis. Prof. Dr. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK.
Paul Suparno. Prof. 2003. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Asri Budiningsih.C.Dr.2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Winataputra.Udin.S dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.