TEKS DHARMA WACANA TENTANG SUSILA AGAMA
Dewa Ayu Dewi Purnawati (10.1.1.1.1.3896)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2013
Susila Agama
Om
Swastyastu
Kepada yang terhormat bapak/ibu
dosen dan saudara-saudari yang saya cintai, sebelum saya menguraikan tentang Susila
Agama, marilah kita bersama-sama untuk menghaturkan puja panganjali umat : Om
Swastyastu, bapak /ibu dosen dan saudara-saudari, saya disini akan menjalsakan
sekelumit mengenai ajaran-ajaran Agama Hindu yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
kerangka dasar agama hindu yaitu :
1.
Tattwa (Filsafat)
2.
Susila (Etika)
3.
Upacara (Ritual)
Karena ketiga kerangka dasar ini tidak dapat kita pisahkan
didalam kehidupan kita sehari-hari, berbuat sesuatu di dunia ini, untuk lebih
jelasnya saya umpakan sebagai buah manga yang masak, maka kulit yang
berwarna-warini yang menyebabkan tertariknya manusia dan binatang untuk
menikmatinya, itu disebut dengan Upacara Agama. Isi buah manga yang rasanya
manis itu adalah Susila Agama. Sedangkan bijinya meskipun tidak dapat
dinikmati, tetapi dia bisa tumbuh dan menyebabkan manga itu berkembang, hal ini
disebut dengan Tattwa Agama, maka untuk mempelajari, mendalami, memahami dan
mengamalkan ajaran agama itu seharusnya secara keseluruhannya ketiga kerangka
itu (Tattwa, Susila dan Upacara) agar masing-masing seimbang. Saya akan
menguraikan cukup satu tentang Susila Agama, karena tidak bisa saya uraikan
keseluruhan waktu tidak mengijinkan.
Pengertian
Susila Agama
1.
Sebagaimana teleh kita maklumi bahwa Susila
Agama itu merupakan kerangka dasar yang kedua dari agama
2.
Susila berasal dari kata : Su + sila. Su = baik
atau mulia, sedangkan sila = norma/aturan, tingkah laku. Jadi susila dapat
diartikan : tingkah laku yang baik atau mulia.
3.
Batasan Susila ialah peraturan tentang
tingkahlaku manusia yang baik dan mulia yang selaras dengan ketentuan-ketentuan
didalam Dharama (Agama).
4.
Kita bisa menyimak antara salah dan benar, baik
dan buruk dan lain-lainnya.
Dasar
susila agama/ sumber susila agama
SEPERTI
halnya sebuah bangunan yang hanya mempunyai dasar (fondasi) yang kokoh dan kuat
demi tegaknya bangunan itu, maka Susila Aagamapun harus mempunyai dasar yang kokoh
dan kekal yaitu Dharma (Agama). Susila yang berdasarkan ajaran-ajaran Dharma
(Agama), baru bisa meresap didalam diri kita masing-masing. Lalu sumbernya
adalah kitab Suci veda, baik itu sruti maupun smrtinya (cerita-cerita Ramayana,
maha bharata dan lain-lain)., inilah yang menjadi sumber dari ajaran dharma
(agama), untuk memperkuat Susila Agama (tingkah laku kita berbuat yang baik di
dunia ini semasih kita hidup).
Pengertian
agama (dharma)
Agama
(dharma) adalah jalan hidup untuk mencapai kesempurnaan, yang ditinjau oleh
Susila, susila adalah budhi pekerti yang luhur, amal kebijakan, kesucian dan
kebahagiaan yang langgeng, hidup abadi yang disebut moksa, semuanya itu disebut
Agama (Dharma).
Tujuan
Susila Agama
1.
Untuk membina hubungan yag selaras dan kerukunan
antara manusia dengan sesamanya, antara manusia dengan lingkungannya, antara
manusia dengan pemerintah yang mana kita harus menjungjung tinggi undang-undang
yang berlaku, kita tidak boleh kaku dengan pendapat sendiri, sesuatu yang akan
kita buat atau pecahkan harus dengan cara musyawarah mufakat, serta yang paling
utama manusia dengan penciptanya (Sang Hyang Widhi Wasa), selalu kita
menjalankan puja Tri sandya 3x sehari, dimana kita sudah secara langsung
mendekatkan diri kita kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
2.
Untuk menuntun diri kita mencapai kesatuan jiwa
(atma) dengan parama atman/brahman. Dengan dasar membaca buku-buku agama
(tattwa), berbuat yang baik (susila), belajar mejejaitan (upacara).
3.
Untuk membina watak (karakter) manusia menjadi
anggota masyarakat yang baik dan berpribadi luhur serta membimbing manusia
untuk mencapai kebahagian hidup secara sekala niskala, yang utama adalah sesame
tanpa memandang suatu golongan apapun.
Sebagai penutup dharma wacana saya ini marilah kita
mensyukuri hidup kita ini dan mulai sekarang sedikit demi sedikit kita
memperlihatkan perilaku yang luhur supaya kita menjadi tauladan didalam
masyarakat.
Dengan ini saya akhiri dengan parama santi.
Om santih, santih, santih om
Pustaka
yang dibaca
Bidja,
I made. 2006. Serba Serbi Dharma Wacana.
Denpasar: Pt Empat Warna Komunikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar