Jumat, 24 Januari 2014

TEKS DHARMA WACANA TENTANG SUSILA AGAMA


TEKS DHARMA WACANA TENTANG SUSILA AGAMA




 




                 Dewa Ayu Dewi Purnawati          (10.1.1.1.1.3896)










JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2013







Susila Agama
Om Swastyastu
            Kepada yang terhormat bapak/ibu dosen dan saudara-saudari yang saya cintai, sebelum saya menguraikan tentang Susila Agama, marilah kita bersama-sama untuk menghaturkan puja panganjali umat : Om Swastyastu, bapak /ibu dosen dan saudara-saudari, saya disini akan menjalsakan sekelumit mengenai ajaran-ajaran Agama Hindu yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kerangka dasar agama hindu  yaitu :
1.      Tattwa (Filsafat)
2.      Susila (Etika)
3.      Upacara (Ritual)
Karena ketiga kerangka dasar ini tidak dapat kita pisahkan didalam kehidupan kita sehari-hari, berbuat sesuatu di dunia ini, untuk lebih jelasnya saya umpakan sebagai buah manga yang masak, maka kulit yang berwarna-warini yang menyebabkan tertariknya manusia dan binatang untuk menikmatinya, itu disebut dengan Upacara Agama. Isi buah manga yang rasanya manis itu adalah Susila Agama. Sedangkan bijinya meskipun tidak dapat dinikmati, tetapi dia bisa tumbuh dan menyebabkan manga itu berkembang, hal ini disebut dengan Tattwa Agama, maka untuk mempelajari, mendalami, memahami dan mengamalkan ajaran agama itu seharusnya secara keseluruhannya ketiga kerangka itu (Tattwa, Susila dan Upacara) agar masing-masing seimbang. Saya akan menguraikan cukup satu tentang Susila Agama, karena tidak bisa saya uraikan keseluruhan waktu tidak mengijinkan.

Pengertian Susila Agama
1.    Sebagaimana teleh kita maklumi bahwa Susila Agama itu merupakan kerangka dasar yang kedua dari agama
2.    Susila berasal dari kata : Su + sila. Su = baik atau mulia, sedangkan sila = norma/aturan, tingkah laku. Jadi susila dapat diartikan : tingkah laku yang baik atau mulia.
3.    Batasan Susila ialah peraturan tentang tingkahlaku manusia yang baik dan mulia yang selaras dengan ketentuan-ketentuan didalam Dharama (Agama).
4.    Kita bisa menyimak antara salah dan benar, baik dan buruk dan lain-lainnya.

Dasar susila agama/ sumber susila agama
SEPERTI halnya sebuah bangunan yang hanya mempunyai dasar (fondasi) yang kokoh dan kuat demi tegaknya bangunan itu, maka Susila Aagamapun harus mempunyai dasar yang kokoh dan kekal yaitu Dharma (Agama). Susila yang berdasarkan ajaran-ajaran Dharma (Agama), baru bisa meresap didalam diri kita masing-masing. Lalu sumbernya adalah kitab Suci veda, baik itu sruti maupun smrtinya (cerita-cerita Ramayana, maha bharata dan lain-lain)., inilah yang menjadi sumber dari ajaran dharma (agama), untuk memperkuat Susila Agama (tingkah laku kita berbuat yang baik di dunia ini semasih kita hidup).
Pengertian agama (dharma)
Agama (dharma) adalah jalan hidup untuk mencapai kesempurnaan, yang ditinjau oleh Susila, susila adalah budhi pekerti yang luhur, amal kebijakan, kesucian dan kebahagiaan yang langgeng, hidup abadi yang disebut moksa, semuanya itu disebut Agama (Dharma).

Tujuan Susila Agama
1.    Untuk membina hubungan yag selaras dan kerukunan antara manusia dengan sesamanya, antara manusia dengan lingkungannya, antara manusia dengan pemerintah yang mana kita harus menjungjung tinggi undang-undang yang berlaku, kita tidak boleh kaku dengan pendapat sendiri, sesuatu yang akan kita buat atau pecahkan harus dengan cara musyawarah mufakat, serta yang paling utama manusia dengan penciptanya (Sang Hyang Widhi Wasa), selalu kita menjalankan puja Tri sandya 3x sehari, dimana kita sudah secara langsung mendekatkan diri kita kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
2.    Untuk menuntun diri kita mencapai kesatuan jiwa (atma) dengan parama atman/brahman. Dengan dasar membaca buku-buku agama (tattwa), berbuat yang baik (susila), belajar mejejaitan (upacara).
3.    Untuk membina watak (karakter) manusia menjadi anggota masyarakat yang baik dan berpribadi luhur serta membimbing manusia untuk mencapai kebahagian hidup secara sekala niskala, yang utama adalah sesame tanpa memandang suatu golongan apapun.
Sebagai penutup dharma wacana saya ini marilah kita mensyukuri hidup kita ini dan mulai sekarang sedikit demi sedikit kita memperlihatkan perilaku yang luhur supaya kita menjadi tauladan didalam masyarakat.
Dengan ini saya akhiri dengan parama santi.
Om santih, santih, santih om

Pustaka yang dibaca
Bidja, I made. 2006. Serba Serbi Dharma Wacana. Denpasar: Pt Empat Warna Komunikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar