Jumat, 24 Januari 2014

GAMELAN



SENI SAKRAL
GAMELAN



 

                                                                                     
               


IHDN DENPASAR



                                                           Dewa Ayu Dewi Purnawati
                                                                   (10.1.1.1.1.3896)
                               






JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2012




PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Seni adalah karya manusia yang merupakan ekspresi dari kreatifitas manusia itu sendiri yang mengandung unsur keindahan serta mampu menarik perhatian orang lain sehingga akan muncul rasa senang. Seni mengandung unsur estetika, etika dan prosesi. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit untuk dinilai, karena masing-masing individu menentukan sendiri peraturan dan parameter dalam menentukan nilai dari seni. Seni tidak dapat diukur secara nyata dengan alat ukur, karena seni sangat tergantung dari perasaan masing-masing individu.
Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan secara universal selain bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem religi. Agar sesuatu bernilai seni dalam penciptaan sebuah karya, karya itu seyogianya menyiratkan keindahan atau estetika. Entah karya itu berupa seni pertunjukan (tari dan drama), seni rupa (lukis, patung, relief), seni musik maupun seni lainnya.
Kesenian yang berdasarkan nilai-nilai budaya nusantara yang beragam, dimana seni yang berlandaskan dari tradisi suatu daerah. Salah satu kesenian tradisi Indonesia ialah musik di Bali yakni gamelan. Dalam budaya Bali, kesenian dan keagamaan saling berkaitan dan sangat sulit untuk dipisahkan. Masyarakat Bali memiliki bermacam-macam jenis seni pertunjukan yang berakar pada agama dan budaya Hindu yang telah tumbuh dan berkembang sebagai ciri khas masyarakat Bali. Sebagaian besar seni pertunjukan tradisional Bali yang ada, hingga kini berfungsi untuk ritual keagamaan yang penyelenggaraannya selalu jatuh pada waktu terpilih yang sakral serta diselenggarakan di tempat yang terpilih, dan bahkan ada seni pertunjukan yang hanya diselengagarakan apabila sebuah desa terserang wabah penyakit.
Kebudayaan Bali yang mewahanai kesenian Bali telah diyakini oleh masyarakatnya sebagai wujud persembahan. Seni adalah sebuah kehidupan karena telah menyatu dalam jiwa. Estetika budaya yang dibingkai oleh religiusitas Hinduisme tetap menarik untuk dinikmati dan dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Bahkan, agama Hindu dapat menumbuhkan perasaan seni yang sangat mendalam pada masyarakat terutama dalam bidang seni pahat, seni gamelan, seni lukis, seni tari dan seni hias. Kesenian apa pun bentuknya pada dasarnya merupakan hasil ekspresi dan kreativitas seniman. Sebagai sebuah hasil olah rasa, cipta dan karsa seniman, kesenian tidak akan bisa dilepaskan dari ikatan nilai-nilai luhur budaya senimannya.
Pengembangan musik tradisional yang cenderung mengarah kepada penyesuaian keperluan apresiasi masyarakat masa kini yang dinamis dan perilaku yang serba cepat, maka pertimbangan Pengembangan musik tradisional mengarah pula kepada penempatan dinamika musikal sebagai dasar disain dramatik penggarapan musik itu sendiri.
Menggarap konsep pengembangan musik tradisional yang disesuaikan dengan keperluan seni pertunjukan. Adanya pengembangan berarti dinamika sebuah garapan musik yang berdasarkan kepada pengembangan musik tradisional telah membuka peluang terhadap beberapa jenis musik tradisional yang mempunyai pola melodi ataupun ritme dinamis yang mendapat tempat mengisi bahagian-bahagian dalam komposisi musik baru.
Seni musik merupakan hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu kompisisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya, melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu dan ekspresi. Musik tradisi yang terdapat di indonesia, kesenian yang berdasarkan nilai-nilai budaya nusantara yang beragam, seni yang berakar dari tradisi.
Salah satu prodak budaya Bali yakni Gamelan yang memiliki arti  dan peran sangat penting bagi masyarakat Bali. dilihat dari sejarahnya gamelan tidak hanya digunakan sebagai sarana ekspresi emosional dalam kaitannya dengan masalah kesenian, melainkan sebagai sarana sosial, pengikat solidaritas sebuah komunitas dan bisa juga sebagai sarana profesional. Gamelan adalah salah satu sarana upacara adat dan agama.


PEMBAHASAN

1.       SEJARAH
Gamelan tercipta pada saat budaya Hindu-Budha mendominasi Indonesia. Gamelan merukan hasil seni dari Indonesia. Instrumen-instrumennya berkembang dari zaman Kerajaan Majapahit sampai sekarang. Berdasar metologi Jawa, Sang Hyang Guru adalah dewa yang meciptakan gamelan. Dewa ini menguasai seluruh tanah jawa dan istananya berada di gunung Mahendra di Medangkemulan (Gunung Lawu). Alat musik gamelan dikenal sebelum abad ke-8. Agar dapat memanggil para dewa, Sang Hyang Guru menciptakan gong sampai akhirnya terbentuk satu set gamelan. Alat musik ensembel seperti suling bambu, loceng. Kendhang, kecapi, dan alat musik berdawai yang pertama kali di temukan dalam relief di Candi Borobudur. Relief-relief tersebut dipercaya sebagai asal mula gamelan. Pengaruh budaya asing menyebabkan berbagai warna musik diserap ke dalam struktur musik kesenian gamelan, misalnya pola notasi nada yang memiliki kaitan dengan not Cina, instrumen musik Asia Tenggara, drum band dan ritme musik India, Bowed string daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa pada musik Jawa dan Bali.
Sejarah  telah  mencatat  bahwa gamelan  merupakan  salah  satu  warisan  dari  produk  budaya  Hindhu  di masa lalu. Gamelan  adalah  sebuah  orkes  besar yang terdapat di Jawa dan Bali,  terutama terdiri dari alat-alat  pukul yang  terbuat dari perunggu ( Pringgodigdo dkk., 1973: 427 ). Gamelan sebagai  salah satu dari puncak-puncak kebudayaan daerah yang memang menonjol pernah diusulkan oleh Ki Hajar Dewantara dan tokoh lainya sebagai salah satu bentuk kebudayaan Nasional. Ki Hajar Dewantara dan beberapa tokoh lainya memandang bahwa gamelan adalah kesenian yang sebanding dengan art music “ seni musik klasik Eropa” ( Sumarsam, 2003: 14 ).
Gamelan Jawa maupun gamelan Bali, merupakan karya monumental dari nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki nilai setara dengan bangunan-bangunan candi. Gamelan bisa tumbuh dan berkembang dimasa lalu karena pada masa kerajaan Hindhu, raja memberikan perhatian yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan nilai-nilai seni dan budaya. Catatan sejarah membuktikan bahwa ketika kerajaan Hindhu menjadi pusat kekuasaan di tanah Jawa, raja mendorong perkembangan sosial, politik, agama, kesusastraan dan seni. Gamelan adalah salah satu sarana seni atau kesenian yang dikembangkan oleh kerajaan Hindhu di masa lalu.
Sejarah masuk gamelan Jawa dari periode awal kerajaan Hindu di Jawa Tengah abad ke-8 sampai dengan abad ke-10 (Sumarsam, 2003: 17)salah satu ciri yang menonjol dari kehidupan musikal pada periode ini Hindi di Jawa (kira-kira pada abad ke-11 sampai abad ke-14) adalah pentingnya musik gamelan  dan seni pertunjukan. Termasuk di dalam menulis dan membaca puisi kekawin sebagai bagian dari pendidikan warga istana seperti pendeta, pangeran, putri istana, maupun dayang-dayang mesti belajar memainkan gamelan, bernyanyi, menari atau berpuisi (Sumarsam, 2003: 18).
Gamelan sebagai produk kebudayaan Hindu ratusan tahun silam tidak punah ketika pengaruh kekuasaan kerajaan Hindhu di Jawa pudar. Sampai saat ini gamelan masih tetap eksis, bahkan masyarakat Jawa yang beragama Islam atau beragama lainya saat ini tetap melestarikan seni gamelan, sebagai satu kebudayaan. Hal ini membuktikan bahwa seni gamelan mendapat tempat di hati masyarakat Jawa dan Bali khususnya sertta masyarakat Indonesia pada umumnya. Dari hal tersbut gamelan memiliki nilai yang universal.
Seperti yang di uraikan diatas bahwa gamelan Jawa dan gamelan Bali yang ada sekarang ini merupakan warisan produk kebudayaan Hindu di masa lalu. Dari kedua gamelan Jawa dan Bali memiliki banyak kesamaan dan sedikit perbedaan. Perbedaannya hanya terletak pada anggapan masyarakat Jawa dan Bali tentang sifat, fungsi dan kedudukan gamelan tersebut. Gamelan bagi masyarakat jawa dianggap sebagai sarana seni, sedangkan masyarakat Bali (Hindu) gamelan memiliki sifat, fungsgi dan kedudukan ganda. Gambelan Bali selaian sarana seni pertunjukan tetapi yang terpenting adalah bahwa gamelan juga sebagai sarana untuk mengiringi berbagai macam ritual. 


2.       MAKNA GAMELAN
Gamelan adalah ansambel musik dari Indonesia, biasanya dari pulau Bali atau Jawa, menampilkan berbagai instrumen seperti metalofon, xylophone, drum dan gong, seruling bambu, membungkuk dan memetik senar. Vokalis juga dapat dimasukkan. Istilah ini lebih mengacu pada seperangkat instrumen daripada pemain instrumen tersebut. Gamelan adalah seperangkat instrumen sebagai entitas yang berbeda, dibangun dan disetel untuk tetap bersama - instrumen gamelan yang berbeda dari biasanya tidak dipertukarkan.
Kata gamelan berasal dari kata gamels Jawa, yang berarti "untuk menyerang atau palu", dan akhiran sebuah, yang membuat akar kata benda kolektif. Gamelan mendahului kebudayaan Hindu-Buddha yang mendominasi Indonesia dalam catatan yang paling awal dan bukan merupakan bentuk seni asli. Instrumen berkembang menjadi bentuk yang sekarang mereka selama Kekaisaran Majapahit. Berbeda dengan pengaruh India berat dalam bentuk seni lain. Hanya pengaruh India jelas dalam musik gamelan dalam gaya Jawa bernyanyi.
Dalam mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru di era Saka 167 (c. AD 230), dewa yang memerintah sebagai raja dari seluruh Jawa dari sebuah istana di pegunungan Maendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Dia membutuhkan sinyal untuk memanggil dewa-dewa dan dengan demikian menciptakan gong. Untuk pesan yang lebih kompleks, ia menemukan dua Gong yang lain, sehingga membentuk set gamelan yang asli.
Gambar awal dari sebuah ansambel musik ditemukan di candi abad ke 8 Borobudur, Jawa Tengah. Alat musik seperti seruling bambu, lonceng, drum dalam berbagai ukuran, gambus, dan membungkuk dan memetik senar instrumen yang diidentifikasi dalam gambar ini. Namun tidak memiliki metalofon dan xylophone. Namun demikian, gambar ini ansambel musik disarankan untuk menjadi bentuk gamelan kuno.
Dalam istana Jawa adalah ansambel dikenal tertua, gamelan Munggang dan Kodokngorek, rupanya dari abad ke-12. Ini membentuk dasar dari sebuah "gaya keras". Sebuah berbeda, "gaya lembut" dikembangkan dari tradisi kemanak dan berhubungan dengan tradisi bernyanyi puisi Jawa, dengan cara yang sering diyakini mirip dengan kinerja tari Bedhaya modern. Pada abad ke-17, ini gaya keras dan lembut campuran, dan untuk sebagian besar berbagai gaya modern gamelan Bali, Jawa, dan Sunda dihasilkan dari berbagai cara pencampuran elemen-elemen ini. Jadi, meskipun tampak keragaman gaya, banyak konsep teoretis yang sama, instrumen, dan teknik yang dibagi antara gaya. Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2088344-pengertian gamelan.

3.       Fungsi Gamelan Dalam Masyarakat Hindu
          Kegiatan  ritual umat Hindu di Bali tidak terlepas dari penggunaan gamelan, sebagai bentuk implementasi dari filsafat dan etika. Penggunaan banyaknya perangkat gamelan tergantung dari besar kecilnya pelaksanaan sebuah upacara.
          Umat Hindu (teristimewa umat Hindu di Bali dan umat Hindu asal Bali) di manapun mereka berada, dalam melaksanakan kegiatan ritual tidak pernah terlepas dengan penggunaan bunyi gamelan. Ritual dalam agama Hindu merupakan bentuk implementasi dari filsafat dan etika. Pelaksanaan berbagai macam ritual Hindu selalu diiringi bunyi gamelan. Pada prosesi ritual-ritual yang dianggap kecil atau sederhana, pelaksanaannya cukup diiringi oleh salah satu jenis gamelan yang sederhana saja. Namun dalam upacara yang besar misalnya upacara piodalan ‘yaitu upacara perayaan ulang tahun berdirinya pura’, perayaan hari besar keagamaan, dan sebagainya maka berbagai macam gamelan seperti : bleganjur, angklung, gong gede, gong gambang, gong kebyar, dan sebagainya digunakan secara bergantian ataupun bersamaan. Singkatnya, tidak ada acara ritual Hindu yang dilaksanakan tanpa menggunakan gamelan. Pada daerah transmigran yang kondisi ekonominya belum mapan, bunyi gamelan tersebut diganti dengan bunyi kaset gong untuk mengiringi acara ritualnya. Bahkan ada dijumapai masyarakat Hindu di daerah transmigran Sulawesi Tengah membuat gamelan dari bahan sisa potongan-potongan pipa galvanis yang telah dibuang oleh proyek PDAM. Ada juga yang menggunakan musik gamelan tingklik dan grantang, yaitu musik yang terbuat dari bahan ‘kayu atau bambu’. Hal itu terjadi karena umat Hindu di tempat tersebut belum memiliki dana untuk membeli seperangkat gamelan. Pada daerah transmigran yang sudah sedikit maju dan di antara mereka ada yang bisa menjadi pande gong, mereka berusaha membuat gong besi dari bekas-bekas pir grobak. Sedangkan para transmigran yang sudah maju atau berhasil, mereka membeli gamelan langsung ke Bali. selain itu ada juga para transmigran yang beruntung, mereka langsung dibekali atau dikirimi seperangkat gamelan oleh Departemen Transmigran atau oleh Pemerintah Daerah Bali.

3.1     Bunyi Gamelan dan Prosesi Ritual Hindu di Bali
          Umat Hindu dalam pelaksanaan berbagai ritual selalu diiringi bunyi gamelan baik di Bali maupun  diluar Bali. Secara filosofis gamelan merupakan replika dari musik yang ada di alam para Dewa, yang diturunkan melalui Dewi Saraswati yaitu manifestasi dari Hyang Widhi dalam wujud seorang wanita cantik yang memegang alat musik, suara itu diturunkan melalui wujud suara Genta.Bunyi gamelan dalam berbagai macam yadnya mampu membetuk suasana yang sakral, suci dan religius.

3.2     Esensi Bunyi Gamelan dalam Upacara Dewa Yajna
          Hakekat bunyi gamelan pada upacara dewa yajna adalah sebagai persembahan untuk menyenangkan hati para dewa atau Ista Dewata. Bunyi gamelan juga sebagai sarana magis untuk mengundang kekuatan spiritual, menetralisir pengaruh negatip dan mampu mengurangi ketegangan atau gejolak emosi.

3.3     Esensi Bunyi Gamelan dalam Upacara Manusa Yajna
          Bunyi gamelan dalam upacara Manusa Yajna adalah, untuk menanamkan nilai-nilai seni dari sejak dalam kandungan hingga dewasa. Menanamkan nilai seni sangat penting karena akan membuat perasaan lebih lembut sehingga mampu membuat orang lebih sabar, tenang, damai, memiliki toleransi yang tinggi dan juga sebagai sarana untuk memohon keselamatan, anugrah bagi orang yang diupacarai.

3.4     Esensi Bunyi Gamelan dalam Upacara Rsi Yajna
          Pada saat ritual Rsi Yajna misalnya pada upacara pediksaan, bunyi gamelan berfungsi sebagai sarana untuk menciptakan suasana yang sedemikian rupa, sehingga dalam diri calon diksata tercipta suasana pikiran yang suci untuk dikenang seumur hidupnya. Suasana pikiran yang suci tersebut diharapkan selalu terpatri dalam hati sanubari diksita sehingga dalam kehidupanya terpancar getaran kesucian. Getaran kesucian yang dipancarkan oleh para diksita akan sangat menentukan keberhasilan suatu yajna.

3.5     Esensi Bunyi Gamelan dalam Upacara Bhuta Yajna
          Bunyi gamelan pada upacara bhuta yajna adalah, sebagai sarana penunjang untuk nyomya para Bhuta sebagai kekuatan yang dipercaya sebagai roh atau mahluk halus. Bhuta tersebut ada yang bersifat positif disebut dewa dan yang bersifat negatif disebut raksasa. Dewa dan raksasa pada hakekatnya sama karena inilah yang memutar dunia alam semesta ini. Jika kekuatan bhuta lebih menonjol maka kehidupan akan berantakan untuk itu kekuatan dewa harus selalu menguasai sifat para raksasa atau bhuta. Manusia memiliki andil yang besar sebab manusia mempunyai tugas nyomya dan inilah tugas yang paling mulia dari manusia, untuk itu digunakanlah bunyi atau suara gamelan.

3.6     Esensi Bunyi Gamelan dalam Upacara Pitra Yajna
          Upacara pitra yajna adalah upacara yang terkait dengan kematian yang di dalamnya terkandung beberapa makna, ditujukan kepada atma atau roh yang telah meninggalkan badan agar sampai di alam yang damai, agar yang ditinggalkan tidak dibelenggu dengan kesedihan. Untuk maksud tersebut dalam ritual pitra yajna menggunakan beberapa sarana yang salah satunya adalah gamelan untuk mengiringi atma dalam perjalananya.

3.7     Efek Bunyi Gamelan Terhadap Hubungan Sosial
          Melalui gamelan dapat mempengaruhi kecerdasan spiritual, emosi sosial, kesadaran sosial, keperdulian sosial, persekutuan sosial, sehingga melalui gamelan dipandang mampu mempersatukan umat manusia dengan ikut bergabung dalam latihan gamelan misalnya, sebab dengan latihan megamel bahwa seseorang mau tidak mau harus belajar menendalikan dirinya. Dalam skup yang kecil gamelan dapat menciptakan  solidaritas sosial, tanggung jawab sosial, keperdulian sosial seperti perasaan senasib dan sepenanggungan. Dalam skup yang lebih besar gamelan  menjadi sarana untuk melakukan gerakan kemanusiaan dalam mencari dana kemanusiaan, dana pembangunan fasilitas sosial kemasyarakatan dan yang lainya.

3.8 Bunyi Gamelan Sebagai Media Informasi
          Melalui mendengarkan bunyi gamelan kita dapat mengetahui sedang berlangsungnya proses ritual di sebuah tempat. Banyak orang dari jauh dapat mengetahui ada sebuah ritual mengenai proses dan urutan dari tahapan-tahapan pelaksanaan upacara melalui bunyi gamelan tersebut.

3.9 Gamelan Meningkatkan Rasa Kebersamaan, Persatuan dan Kesatuan
          Walaupun bukan sebagai satu-satunya sarana namun dengan adanya bunyi gamelan yang ditabuh dalam lingkungan umat Hindu minimal seluruh umat mendengar dengan caranya sendiri-sendiri, dan ini merupakan suatu wujud kebersamaan dan ini berarti, bunyi gamelan memberi andil dalam proses mewujudkan kebersamaan, perdamaian dan persatuan. Dalam banyak tulisan tentang musik termasuk gamelan dinyatakan bahwa gamelan memiliki nilai universal yang dapat mempersatukan umat manusia. Melalui gamelan orang tetap dapat bersatu dalam segala perbedaan dan perbedaan itu dapat dipertahankan asal tahu menempatkan perbedaan tersebut. Sungguh indah pelajaran yang dapat dipetik dari organisasi gamelan dan bunyi gamelan, karena mampu menjadi sarana iteraksi untuk merukunkan umat. (http://blog.isi-dps.ac.id/madesujendra/perkembangan-karawitan-bali, diakses tanggal 11 mei 2012, pukul 08.15).
 
4.       Jenis-jenis Gamelan
Bali merupakan salah satu pulau yang memiliki beraneka ragam kesenian, yang salah satunya adalah “Gamelan”(musik tradisional di Bali). Gamelan merupakan suatu alat musik yang sangat berperan dalam kehidupan di Bali,  bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat yang digunakan sebagai pengiring/mengiringi : Upacara-upacara yang bersifat sakral, yakni  upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Jenis- jenis gamelan yang Umum untuk Panca Yadnya antara lain:
Dewa Yadnya :
   1)      Tabuh Lelambatan
   2)      Gong Kebyar
   3)      Angklung
   4)      Selonding
 Rsi Yadnya :  Gender
Manusa Yadnya:
1)             Gamelan Gambang adalah salah satu jenis gamelan langka dan sakral, termasuk barungan alit yang dimainkan hanya untuk mengiringi upacara keagamaan. Di Bali tengah dan selatan gamelan ini dimainkan untuk mengiringi upacara ngaben (Pitra Yadnya), sementara di Bali Timur (Karangasem dan sekitarnya) Gambang juga dimainkan dalam kaitan upacara odalan di Pura-pura (Dewa Yadnya). Gambar Gamelan Gambang terdapat pada relief candi Penataran, Jawa Timur (abad XV) dan istilah gambang disebut-sebut dalam cerita Malat dari zaman Majapahit akhir. Hal ini menunjukan bahwa Gamelan Gambang sudah cukup tua umurnya. Walaupun demikian, kapan munculnya Gambang di Bali, atau adakah Gambang yang disebut dalam Malat sama dengan Gamelan Gambang yang kita lihat di Bali sekarang ini nampaknya masih perlu penelitian yang lebih mendalam. Gamelan Gambang, berlaras Pelog (tujuh nada), dibentuk oleh 6 buah instrumen berbilah. Yang paling dominan adalah 4 buah instrumen berbilah bambu yang dinamakan gambang yang terdiri dari (yang paling kecil ke yang paling besar) pametit, panganter, panyelad, pamero dan pangumbang. (http://www.babadbali.com/seni/gamelan/gw-gong-beri.htm, diakses 11 Mei 2012, Pukul : 10.00 wita).
2)             Gamelan Luwung adalah gamelan langka yang pada umumnya dipergunakan untuk mengiringi upacara kematian (ngaben). Gamelan yang berlaras pelog (tujuh nada) dan merupakan barungan madya ini, yang barungannya lebih kecil dari pada Gong Kebyar, termasuk salah satu jenis gamelan yang jarang dimainkan untuk mengiringi suatu pertunjukan tari atau drama. Kalaupun Gong Luwang dimainkan di atas pentas, seperti dalam pagelaran dramatari Calonarang, barungan ini hanya dipakai untuk mengiringi adegan memandikan mayat atau mandusin watangan.
3)             Gong gede
4)             Gong kebyar
5)             Angklung
6)             Gender
   Pitra Yadnya : (hampir sama dengan Manusa Yadnya)
  Bhuta Yadnya :
Baleganjur merupakan jenis gamelan yang bisa di mainkan sambil berjalan tidak seperti gong kebyar yang dipentaskan biasanya hanya ditempat saja, selain itu baleganjur juga memiliki instrumen yang lebih simple dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan gong kebyar, Baleganjur biasanya digunakan untuk mengiringi upacara seperti Melasti, Ngaben, Mapeed, Ogoh-ogoh, dll. (http://www.network54.com/Forum/178267/message/1011745564/Gamelan+Dalam+Ritual+Hindu, diakses 11 mei 2012, pukul: 08.30 wita)


SIMPULAN

Gamelan tercipta pada saat budaya Hindu-Budha mendominasi Indonesia. Gamelan merukan hasil seni dari Indonesia. Instrumen-instrumennya berkembang dari zaman Kerajaan Majapahit sampai sekarang. Berdasar metologi Jawa, Sang Hyang Guru adalah dewa yang meciptakan gamelan. Dewa ini menguasai seluruh tanah jawa dan istananya berada di gunung Mahendra di Medangkemulan (Gunung Lawu). Alat musik gamelan dikenal sebelum abad ke-8. Agar dapat memanggil para dewa, Sang Hyang Guru menciptakan gong sampai akhirnya terbentuk satu set gamelan. Banyak jenis gamelan yakni : bleganjur, angklung, gong gede, gong gambang, gong kebyar, dan sebagainya.
   Kegiatan  ritual umat Hindu di Bali tidak terlepas dari penggunaan gamelan, sebagai bentuk implementasi dari filsafat dan etika. Penggunaan banyaknya perangkat gamelan tergantung dari besar kecilnya pelaksanaan sebuah upacara. Umat Hindu (teristimewa umat Hindu di Bali dan umat Hindu asal Bali) di manapun mereka berada, dalam melaksanakan kegiatan ritual tidak pernah terlepas dengan penggunaan bunyi gamelan. Bali merupakan salah satu pulau yang memiliki beraneka ragam kesenian, yang salah satunya adalah “Gamelan”(musik tradisional di Bali). Gamelan merupakan suatu alat musik yang sangat berperan dalam kehidupan di Bali,  bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Alat musik gamelan ini seringkali digunakan dalam Upacara Hindu yakni panca Yadnya.




DAFTAR PUSTAKA

Depatermen Pendidian dan Kebudayaan, penyusun: Drs. I. G. B. N Pandji, 1979. Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Bali. Jakarta: (tanpa penerbit)

Dinas kabupaten propensi Bali, 2002. Dokumentasi tabuh-tabuh Bali Klasik. Denpasar: (tanpa penerbit)

Donder I Ketut, 2005. Esensi Bunyi Gamelan Dalam Prosesi Hindu. Surabaya: Paramita.

Sri Hermawati Dwi Ariani DKK, 2008. Seni Budaya jilid 1 untuk SMK. Jakarta: direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar