SENI SAKRAL
GAMELAN
IHDN DENPASAR
Dewa Ayu Dewi Purnawati
(10.1.1.1.1.3896)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2012
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Seni adalah karya manusia yang
merupakan ekspresi dari kreatifitas manusia itu sendiri yang mengandung unsur
keindahan serta mampu menarik perhatian orang lain sehingga akan muncul rasa senang.
Seni mengandung unsur estetika, etika dan prosesi. Seni sangat sulit untuk
dijelaskan dan juga sulit untuk dinilai, karena masing-masing individu
menentukan sendiri peraturan dan parameter dalam menentukan nilai dari seni.
Seni tidak dapat diukur secara nyata dengan alat ukur, karena seni sangat
tergantung dari perasaan masing-masing individu.
Kesenian merupakan salah satu unsur
kebudayaan secara universal selain bahasa, sistem pengetahuan, organisasi
sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup,
dan sistem religi. Agar sesuatu bernilai seni dalam penciptaan sebuah karya,
karya itu seyogianya menyiratkan keindahan atau estetika. Entah karya itu
berupa seni pertunjukan (tari dan drama), seni rupa (lukis, patung, relief), seni
musik maupun seni lainnya.
Kesenian
yang berdasarkan nilai-nilai budaya nusantara yang beragam, dimana seni yang
berlandaskan dari tradisi suatu daerah. Salah satu kesenian tradisi Indonesia
ialah musik di Bali yakni gamelan. Dalam budaya Bali, kesenian dan keagamaan
saling berkaitan dan sangat sulit untuk dipisahkan. Masyarakat Bali memiliki
bermacam-macam jenis seni pertunjukan yang berakar pada agama dan budaya Hindu
yang telah tumbuh dan berkembang sebagai ciri khas masyarakat Bali. Sebagaian
besar seni pertunjukan tradisional Bali yang ada, hingga kini berfungsi untuk
ritual keagamaan yang penyelenggaraannya selalu jatuh pada waktu terpilih yang
sakral serta diselenggarakan di tempat yang terpilih, dan bahkan ada seni
pertunjukan yang hanya diselengagarakan apabila sebuah desa terserang wabah
penyakit.
Kebudayaan Bali yang mewahanai
kesenian Bali telah diyakini oleh masyarakatnya sebagai wujud persembahan. Seni
adalah sebuah kehidupan karena telah menyatu dalam jiwa. Estetika budaya yang
dibingkai oleh religiusitas Hinduisme tetap menarik untuk dinikmati dan
dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Bahkan, agama Hindu dapat menumbuhkan
perasaan seni yang sangat mendalam pada masyarakat terutama dalam bidang seni
pahat, seni gamelan, seni lukis, seni tari dan seni hias. Kesenian apa pun
bentuknya pada dasarnya merupakan hasil ekspresi dan kreativitas seniman.
Sebagai sebuah hasil olah rasa, cipta dan karsa seniman, kesenian tidak akan
bisa dilepaskan dari ikatan nilai-nilai luhur budaya senimannya.
Pengembangan
musik tradisional yang cenderung mengarah kepada penyesuaian keperluan
apresiasi masyarakat masa kini yang dinamis dan perilaku yang serba cepat, maka
pertimbangan Pengembangan musik tradisional mengarah pula kepada penempatan
dinamika musikal sebagai dasar disain dramatik penggarapan musik itu sendiri.
Menggarap
konsep pengembangan musik tradisional yang disesuaikan dengan keperluan seni
pertunjukan. Adanya pengembangan berarti dinamika sebuah garapan musik yang
berdasarkan kepada pengembangan musik tradisional telah membuka peluang
terhadap beberapa jenis musik tradisional yang mempunyai pola melodi ataupun
ritme dinamis yang mendapat tempat mengisi bahagian-bahagian dalam komposisi
musik baru.
Seni musik
merupakan hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu kompisisi musik yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya, melalui unsur-unsur musik yaitu
irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu dan ekspresi. Musik tradisi
yang terdapat di indonesia, kesenian yang berdasarkan nilai-nilai budaya
nusantara yang beragam, seni yang berakar dari tradisi.
Salah
satu prodak budaya Bali yakni Gamelan yang memiliki arti dan peran sangat penting bagi masyarakat
Bali. dilihat dari sejarahnya gamelan tidak hanya digunakan sebagai sarana
ekspresi emosional dalam kaitannya dengan masalah kesenian, melainkan sebagai
sarana sosial, pengikat solidaritas sebuah komunitas dan bisa juga sebagai
sarana profesional. Gamelan adalah salah satu sarana upacara adat dan agama.
PEMBAHASAN
1. SEJARAH
Gamelan tercipta pada saat budaya Hindu-Budha mendominasi Indonesia.
Gamelan merukan hasil seni dari Indonesia. Instrumen-instrumennya berkembang
dari zaman Kerajaan Majapahit sampai sekarang. Berdasar metologi Jawa, Sang
Hyang Guru adalah dewa yang meciptakan gamelan. Dewa ini menguasai seluruh
tanah jawa dan istananya berada di gunung Mahendra di Medangkemulan (Gunung
Lawu). Alat musik gamelan dikenal sebelum abad ke-8. Agar dapat memanggil para
dewa, Sang Hyang Guru menciptakan gong sampai akhirnya terbentuk satu set
gamelan. Alat musik ensembel seperti suling bambu, loceng. Kendhang, kecapi,
dan alat musik berdawai yang pertama kali di temukan dalam relief di Candi
Borobudur. Relief-relief tersebut dipercaya sebagai asal mula gamelan. Pengaruh
budaya asing menyebabkan berbagai warna musik diserap ke dalam struktur musik
kesenian gamelan, misalnya pola notasi nada yang memiliki kaitan dengan not
Cina, instrumen musik Asia Tenggara, drum band dan ritme musik India, Bowed string daerah Timur Tengah, bahkan
style militer Eropa pada musik Jawa
dan Bali.
Sejarah
telah mencatat bahwa gamelan merupakan salah
satu warisan dari produk budaya Hindhu di
masa lalu. Gamelan adalah sebuah orkes besar yang
terdapat di Jawa dan Bali, terutama terdiri dari alat-alat pukul
yang terbuat dari perunggu ( Pringgodigdo dkk., 1973: 427 ). Gamelan
sebagai salah satu dari puncak-puncak kebudayaan daerah yang memang
menonjol pernah diusulkan oleh Ki Hajar Dewantara dan tokoh lainya sebagai
salah satu bentuk kebudayaan Nasional. Ki Hajar Dewantara dan beberapa tokoh
lainya memandang bahwa gamelan adalah kesenian yang sebanding dengan art music “
seni musik klasik Eropa” ( Sumarsam, 2003: 14 ).
Gamelan Jawa
maupun gamelan Bali, merupakan karya monumental dari nenek moyang bangsa Indonesia
yang memiliki nilai setara dengan bangunan-bangunan candi. Gamelan bisa tumbuh
dan berkembang dimasa lalu karena pada masa kerajaan Hindhu, raja memberikan
perhatian yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan nilai-nilai seni dan
budaya. Catatan sejarah membuktikan bahwa ketika kerajaan Hindhu menjadi pusat
kekuasaan di tanah Jawa, raja mendorong perkembangan sosial, politik, agama,
kesusastraan dan seni. Gamelan adalah salah satu sarana seni atau kesenian yang
dikembangkan oleh kerajaan Hindhu di masa lalu.
Sejarah
masuk gamelan Jawa dari periode awal kerajaan Hindu di Jawa Tengah abad ke-8
sampai dengan abad ke-10 (Sumarsam, 2003: 17)salah satu ciri yang menonjol dari
kehidupan musikal pada periode ini Hindi di Jawa (kira-kira pada abad ke-11
sampai abad ke-14) adalah pentingnya musik gamelan dan seni pertunjukan. Termasuk di dalam
menulis dan membaca puisi kekawin
sebagai bagian dari pendidikan warga istana seperti pendeta, pangeran, putri
istana, maupun dayang-dayang mesti belajar memainkan gamelan, bernyanyi, menari
atau berpuisi (Sumarsam, 2003: 18).
Gamelan
sebagai produk kebudayaan Hindu ratusan tahun silam tidak punah ketika pengaruh
kekuasaan kerajaan Hindhu di Jawa pudar. Sampai saat ini gamelan masih tetap
eksis, bahkan masyarakat Jawa yang beragama Islam atau beragama lainya saat ini
tetap melestarikan seni gamelan, sebagai satu kebudayaan. Hal ini membuktikan
bahwa seni gamelan mendapat tempat di hati masyarakat Jawa dan Bali khususnya
sertta masyarakat Indonesia pada umumnya. Dari hal tersbut gamelan memiliki
nilai yang universal.
Seperti yang
di uraikan diatas bahwa gamelan Jawa dan gamelan Bali yang ada sekarang ini
merupakan warisan produk kebudayaan Hindu di masa lalu. Dari kedua gamelan Jawa
dan Bali memiliki banyak kesamaan dan sedikit perbedaan. Perbedaannya hanya
terletak pada anggapan masyarakat Jawa dan Bali tentang sifat, fungsi dan
kedudukan gamelan tersebut. Gamelan bagi masyarakat jawa dianggap sebagai
sarana seni, sedangkan masyarakat Bali (Hindu) gamelan memiliki sifat, fungsgi
dan kedudukan ganda. Gambelan Bali selaian sarana seni pertunjukan tetapi yang
terpenting adalah bahwa gamelan juga sebagai sarana untuk mengiringi berbagai
macam ritual.
2. MAKNA
GAMELAN
Gamelan adalah
ansambel musik dari Indonesia, biasanya dari pulau Bali atau Jawa, menampilkan
berbagai instrumen seperti metalofon, xylophone, drum dan gong, seruling bambu,
membungkuk dan memetik senar. Vokalis juga dapat dimasukkan. Istilah ini lebih
mengacu pada seperangkat instrumen daripada pemain instrumen tersebut. Gamelan
adalah seperangkat instrumen sebagai entitas yang berbeda, dibangun dan disetel
untuk tetap bersama - instrumen gamelan yang berbeda dari biasanya tidak
dipertukarkan.
Kata gamelan
berasal dari kata gamels Jawa, yang berarti "untuk menyerang atau
palu", dan akhiran sebuah, yang membuat akar kata benda kolektif. Gamelan
mendahului kebudayaan Hindu-Buddha yang mendominasi Indonesia dalam catatan
yang paling awal dan bukan merupakan bentuk seni asli. Instrumen berkembang
menjadi bentuk yang sekarang mereka selama Kekaisaran Majapahit. Berbeda dengan
pengaruh India berat dalam bentuk seni lain. Hanya pengaruh India jelas dalam
musik gamelan dalam gaya Jawa bernyanyi.
Dalam mitologi
Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru di era Saka 167 (c. AD 230), dewa
yang memerintah sebagai raja dari seluruh Jawa dari sebuah istana di pegunungan
Maendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Dia membutuhkan sinyal untuk
memanggil dewa-dewa dan dengan demikian menciptakan gong. Untuk pesan yang
lebih kompleks, ia menemukan dua Gong yang lain, sehingga membentuk set gamelan
yang asli.
Gambar awal dari
sebuah ansambel musik ditemukan di candi abad ke 8 Borobudur, Jawa Tengah. Alat
musik seperti seruling bambu, lonceng, drum dalam berbagai ukuran, gambus, dan
membungkuk dan memetik senar instrumen yang diidentifikasi dalam gambar ini.
Namun tidak memiliki metalofon dan xylophone. Namun demikian, gambar ini
ansambel musik disarankan untuk menjadi bentuk gamelan kuno.
Dalam istana
Jawa adalah ansambel dikenal tertua, gamelan Munggang dan Kodokngorek, rupanya
dari abad ke-12. Ini membentuk dasar dari sebuah "gaya keras". Sebuah
berbeda, "gaya lembut" dikembangkan dari tradisi kemanak dan
berhubungan dengan tradisi bernyanyi puisi Jawa, dengan cara yang sering
diyakini mirip dengan kinerja tari Bedhaya modern. Pada abad ke-17, ini gaya
keras dan lembut campuran, dan untuk sebagian besar berbagai gaya modern
gamelan Bali, Jawa, dan Sunda dihasilkan dari berbagai cara pencampuran
elemen-elemen ini. Jadi, meskipun tampak keragaman gaya, banyak konsep teoretis
yang sama, instrumen, dan teknik yang dibagi antara gaya. Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2088344-pengertian
gamelan.
3. Fungsi
Gamelan Dalam Masyarakat Hindu
Kegiatan
ritual umat Hindu di Bali tidak terlepas dari penggunaan gamelan, sebagai
bentuk implementasi dari filsafat dan etika. Penggunaan banyaknya perangkat
gamelan tergantung dari besar kecilnya pelaksanaan sebuah upacara.
Umat
Hindu (teristimewa umat Hindu di Bali dan umat Hindu asal Bali) di manapun
mereka berada, dalam melaksanakan kegiatan ritual tidak pernah terlepas dengan
penggunaan bunyi gamelan. Ritual dalam agama Hindu merupakan bentuk
implementasi dari filsafat dan etika. Pelaksanaan berbagai macam ritual Hindu
selalu diiringi bunyi gamelan. Pada prosesi ritual-ritual yang dianggap kecil
atau sederhana, pelaksanaannya cukup diiringi oleh salah satu jenis gamelan
yang sederhana saja. Namun dalam upacara yang besar misalnya upacara piodalan ‘yaitu upacara perayaan ulang
tahun berdirinya pura’, perayaan hari besar keagamaan, dan sebagainya maka
berbagai macam gamelan seperti : bleganjur,
angklung, gong gede, gong gambang, gong kebyar, dan sebagainya digunakan
secara bergantian ataupun bersamaan. Singkatnya, tidak ada acara ritual Hindu
yang dilaksanakan tanpa menggunakan gamelan. Pada daerah transmigran yang
kondisi ekonominya belum mapan, bunyi gamelan tersebut diganti dengan bunyi
kaset gong untuk mengiringi acara ritualnya. Bahkan ada dijumapai masyarakat Hindu
di daerah transmigran Sulawesi Tengah membuat gamelan dari bahan sisa
potongan-potongan pipa galvanis yang telah dibuang oleh proyek PDAM. Ada juga
yang menggunakan musik gamelan tingklik dan
grantang, yaitu musik yang terbuat
dari bahan ‘kayu atau bambu’. Hal itu terjadi karena umat Hindu di tempat
tersebut belum memiliki dana untuk membeli seperangkat gamelan. Pada daerah
transmigran yang sudah sedikit maju dan di antara mereka ada yang bisa menjadi pande gong, mereka berusaha membuat gong besi dari bekas-bekas pir grobak.
Sedangkan para transmigran yang sudah maju atau berhasil, mereka membeli
gamelan langsung ke Bali. selain itu ada juga para transmigran yang beruntung,
mereka langsung dibekali atau dikirimi seperangkat gamelan oleh Departemen Transmigran
atau oleh Pemerintah Daerah Bali.
3.1 Bunyi
Gamelan dan Prosesi Ritual Hindu di Bali
Umat
Hindu dalam pelaksanaan berbagai ritual selalu diiringi bunyi gamelan baik di
Bali maupun diluar Bali. Secara filosofis gamelan merupakan replika dari
musik yang ada di alam para Dewa, yang diturunkan melalui Dewi Saraswati
yaitu manifestasi dari Hyang Widhi dalam wujud seorang wanita
cantik yang memegang alat musik, suara itu diturunkan melalui wujud suara
Genta.Bunyi gamelan dalam berbagai macam yadnya mampu membetuk suasana yang
sakral, suci dan religius.
3.2 Esensi Bunyi Gamelan dalam Upacara Dewa Yajna
Hakekat
bunyi gamelan pada upacara dewa yajna adalah sebagai persembahan untuk
menyenangkan hati para dewa atau Ista Dewata. Bunyi gamelan juga sebagai
sarana magis untuk mengundang kekuatan spiritual, menetralisir pengaruh negatip
dan mampu mengurangi ketegangan atau gejolak emosi.
3.3 Esensi
Bunyi Gamelan dalam Upacara Manusa Yajna
Bunyi
gamelan dalam upacara Manusa Yajna adalah, untuk menanamkan nilai-nilai
seni dari sejak dalam kandungan hingga dewasa. Menanamkan nilai seni sangat
penting karena akan membuat perasaan lebih lembut sehingga mampu membuat orang
lebih sabar, tenang, damai, memiliki toleransi yang tinggi dan juga sebagai
sarana untuk memohon keselamatan, anugrah bagi orang yang diupacarai.
3.4 Esensi
Bunyi Gamelan dalam Upacara Rsi Yajna
Pada
saat ritual Rsi Yajna misalnya pada upacara pediksaan, bunyi
gamelan berfungsi sebagai sarana untuk menciptakan suasana yang sedemikian
rupa, sehingga dalam diri calon diksata tercipta suasana pikiran yang
suci untuk dikenang seumur hidupnya. Suasana pikiran yang suci tersebut
diharapkan selalu terpatri dalam hati sanubari diksita sehingga dalam
kehidupanya terpancar getaran kesucian. Getaran kesucian yang dipancarkan oleh
para diksita akan sangat menentukan keberhasilan suatu yajna.
3.5 Esensi
Bunyi Gamelan dalam Upacara Bhuta Yajna
Bunyi
gamelan pada upacara bhuta yajna adalah, sebagai sarana penunjang untuk nyomya
para Bhuta sebagai kekuatan yang dipercaya sebagai roh atau mahluk
halus. Bhuta tersebut ada yang bersifat positif disebut dewa dan
yang bersifat negatif disebut raksasa. Dewa dan raksasa pada
hakekatnya sama karena inilah yang memutar dunia alam semesta ini. Jika
kekuatan bhuta lebih menonjol maka kehidupan akan berantakan untuk itu
kekuatan dewa harus selalu menguasai sifat para raksasa atau bhuta.
Manusia memiliki andil yang besar sebab manusia mempunyai tugas nyomya dan
inilah tugas yang paling mulia dari manusia, untuk itu digunakanlah bunyi atau
suara gamelan.
3.6 Esensi
Bunyi Gamelan dalam Upacara Pitra Yajna
Upacara
pitra yajna adalah upacara yang terkait dengan kematian yang di dalamnya
terkandung beberapa makna, ditujukan kepada atma atau roh yang telah
meninggalkan badan agar sampai di alam yang damai, agar yang ditinggalkan tidak
dibelenggu dengan kesedihan. Untuk maksud tersebut dalam ritual pitra yajna
menggunakan beberapa sarana yang salah satunya adalah gamelan untuk mengiringi
atma dalam perjalananya.
3.7 Efek
Bunyi Gamelan Terhadap Hubungan Sosial
Melalui
gamelan dapat mempengaruhi kecerdasan spiritual, emosi sosial, kesadaran
sosial, keperdulian sosial, persekutuan sosial, sehingga melalui gamelan
dipandang mampu mempersatukan umat manusia dengan ikut bergabung dalam latihan
gamelan misalnya, sebab dengan latihan megamel bahwa seseorang mau tidak mau
harus belajar menendalikan dirinya. Dalam skup yang kecil gamelan dapat
menciptakan solidaritas sosial, tanggung jawab sosial, keperdulian sosial
seperti perasaan senasib dan sepenanggungan. Dalam skup yang lebih besar
gamelan menjadi sarana untuk melakukan gerakan kemanusiaan dalam mencari
dana kemanusiaan, dana pembangunan fasilitas sosial kemasyarakatan dan yang
lainya.
3.8 Bunyi Gamelan Sebagai Media
Informasi
Melalui
mendengarkan bunyi gamelan kita dapat mengetahui sedang berlangsungnya proses
ritual di sebuah tempat. Banyak orang dari jauh dapat mengetahui ada sebuah
ritual mengenai proses dan urutan dari tahapan-tahapan pelaksanaan upacara
melalui bunyi gamelan tersebut.
3.9 Gamelan Meningkatkan Rasa
Kebersamaan, Persatuan dan Kesatuan
Walaupun
bukan sebagai satu-satunya sarana namun dengan adanya bunyi gamelan yang
ditabuh dalam lingkungan umat Hindu minimal seluruh umat mendengar dengan
caranya sendiri-sendiri, dan ini merupakan suatu wujud kebersamaan dan ini
berarti, bunyi gamelan memberi andil dalam proses mewujudkan kebersamaan,
perdamaian dan persatuan. Dalam banyak tulisan tentang musik termasuk gamelan
dinyatakan bahwa gamelan memiliki nilai universal yang dapat mempersatukan umat
manusia. Melalui gamelan orang tetap dapat bersatu dalam segala perbedaan dan
perbedaan itu dapat dipertahankan asal tahu menempatkan perbedaan tersebut.
Sungguh indah pelajaran yang dapat dipetik dari organisasi gamelan dan bunyi gamelan,
karena mampu menjadi sarana iteraksi untuk merukunkan umat. (http://blog.isi-dps.ac.id/madesujendra/perkembangan-karawitan-bali,
diakses tanggal 11 mei 2012, pukul 08.15).
4.
Jenis-jenis Gamelan
Bali
merupakan salah satu pulau yang memiliki beraneka ragam kesenian, yang salah
satunya adalah “Gamelan”(musik tradisional di Bali). Gamelan merupakan suatu
alat musik yang sangat berperan dalam kehidupan di Bali, bunyi yang dihasilkan
oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena
itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat yang
digunakan sebagai pengiring/mengiringi : Upacara-upacara yang bersifat sakral, yakni
upacara- upacara kematian, perkawinan,
kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Jenis-
jenis gamelan yang Umum untuk Panca Yadnya antara lain:
Dewa Yadnya :
1) Tabuh
Lelambatan
2)
Gong Kebyar
3) Angklung
4)
Selonding
Rsi
Yadnya : Gender
Manusa
Yadnya:
1)
Gamelan Gambang adalah
salah satu jenis gamelan langka dan sakral, termasuk barungan alit yang
dimainkan hanya untuk mengiringi upacara keagamaan. Di Bali tengah dan selatan
gamelan ini dimainkan untuk mengiringi upacara ngaben (Pitra Yadnya), sementara di Bali Timur (Karangasem
dan sekitarnya) Gambang juga dimainkan dalam kaitan upacara odalan
di Pura-pura
(Dewa Yadnya). Gambar Gamelan Gambang
terdapat pada relief candi Penataran, Jawa Timur (abad XV) dan istilah gambang
disebut-sebut dalam cerita Malat dari zaman Majapahit akhir. Hal
ini menunjukan bahwa Gamelan Gambang sudah cukup tua umurnya. Walaupun
demikian, kapan munculnya Gambang di Bali, atau adakah Gambang
yang disebut dalam Malat sama dengan Gamelan Gambang yang kita
lihat di Bali sekarang ini nampaknya masih perlu penelitian yang lebih
mendalam. Gamelan Gambang, berlaras Pelog (tujuh nada), dibentuk
oleh 6 buah instrumen berbilah. Yang paling dominan adalah 4 buah instrumen
berbilah bambu yang dinamakan gambang yang terdiri dari (yang paling
kecil ke yang paling besar) pametit, panganter, panyelad, pamero dan
pangumbang. (http://www.babadbali.com/seni/gamelan/gw-gong-beri.htm,
diakses 11 Mei 2012, Pukul : 10.00 wita).
2)
Gamelan Luwung adalah
gamelan langka yang pada umumnya dipergunakan untuk mengiringi upacara kematian
(ngaben). Gamelan yang berlaras pelog (tujuh nada) dan merupakan barungan madya
ini, yang barungannya lebih kecil dari pada Gong Kebyar, termasuk salah satu
jenis gamelan yang jarang dimainkan untuk mengiringi suatu pertunjukan tari
atau drama. Kalaupun Gong Luwang dimainkan di atas pentas, seperti dalam
pagelaran dramatari Calonarang, barungan ini hanya dipakai untuk mengiringi
adegan memandikan mayat atau mandusin watangan.
3)
Gong gede
4)
Gong kebyar
5)
Angklung
6)
Gender
Pitra
Yadnya : (hampir sama dengan Manusa Yadnya)
Bhuta
Yadnya :
Baleganjur
merupakan jenis gamelan yang bisa di mainkan sambil berjalan tidak seperti gong
kebyar yang dipentaskan biasanya hanya ditempat saja, selain itu baleganjur
juga memiliki instrumen yang lebih simple dengan jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan dengan gong kebyar, Baleganjur biasanya digunakan untuk mengiringi
upacara seperti Melasti, Ngaben, Mapeed, Ogoh-ogoh, dll.
(http://www.network54.com/Forum/178267/message/1011745564/Gamelan+Dalam+Ritual+Hindu,
diakses 11 mei 2012, pukul: 08.30 wita)
SIMPULAN
Gamelan
tercipta pada saat budaya Hindu-Budha mendominasi Indonesia. Gamelan merukan
hasil seni dari Indonesia. Instrumen-instrumennya berkembang dari zaman
Kerajaan Majapahit sampai sekarang. Berdasar metologi Jawa, Sang Hyang Guru
adalah dewa yang meciptakan gamelan. Dewa ini menguasai seluruh tanah jawa dan
istananya berada di gunung Mahendra di Medangkemulan (Gunung Lawu). Alat musik
gamelan dikenal sebelum abad ke-8. Agar dapat memanggil para dewa, Sang Hyang
Guru menciptakan gong sampai akhirnya terbentuk satu set gamelan. Banyak jenis
gamelan yakni : bleganjur,
angklung, gong gede, gong gambang, gong kebyar, dan sebagainya.
Kegiatan
ritual umat Hindu di Bali tidak terlepas dari penggunaan gamelan, sebagai
bentuk implementasi dari filsafat dan etika. Penggunaan banyaknya perangkat
gamelan tergantung dari besar kecilnya pelaksanaan sebuah upacara. Umat Hindu
(teristimewa umat Hindu di Bali dan umat Hindu asal Bali) di manapun mereka
berada, dalam melaksanakan kegiatan ritual tidak pernah terlepas dengan
penggunaan bunyi gamelan. Bali merupakan salah satu pulau yang memiliki
beraneka ragam kesenian, yang salah satunya adalah “Gamelan”(musik tradisional
di Bali). Gamelan merupakan suatu alat musik yang sangat berperan dalam
kehidupan di Bali, bunyi
yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan
magis. Alat musik gamelan ini seringkali digunakan dalam Upacara Hindu yakni
panca Yadnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depatermen Pendidian dan Kebudayaan,
penyusun: Drs. I. G. B. N Pandji, 1979. Ensiklopedi
Musik dan Tari Daerah Bali. Jakarta: (tanpa penerbit)
Dinas kabupaten propensi Bali, 2002. Dokumentasi tabuh-tabuh Bali Klasik. Denpasar:
(tanpa penerbit)
Donder I Ketut, 2005. Esensi Bunyi Gamelan Dalam Prosesi Hindu.
Surabaya: Paramita.
Sri Hermawati Dwi Ariani DKK, 2008. Seni Budaya jilid 1 untuk SMK. Jakarta:
direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
(http://www.network54.com/Forum/178267/message/1011745564/Gamelan+Dalam+Ritual+Hindu,
diakses 11 mei 2012, pukul: 08.30 wita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar