PSIKOLOGI
PENDIDIKAN II
TEORI
BELAJAR KOGNITIF
DOSEN
PENGAMPU : I KETUT PASEK GUNAWAN, S.Pd.H
IHDN
DENPASAR
NAMA : DEWA AYU DEWI
PURNAWATI
NIM :
10.1.1.1.1.3896
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2011
KATA
PENGANTAR
O
m Suastiastu,
Puji dan syukur saya
panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
asungkerta warenugraha-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Teori Belajar Kognitif”, ini tepat pada waktunya. Malah
ini dibuat dengan tujuan untuk membantu para siswa dan guru dalam
pelaksanaan pembelajarn dapat terjadi keaktifan dari siswa dalam
proses belajar mengajar. Makalah yang saya susun tentang “Teori
belajar kognitif” lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Yang menjadi dasar
belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam
bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai
sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
“Tak ada gading
yang tak retak”, demikian halnya dengan makalah yang telah kami
susun ini. Oleh karena itu besar harapan kami bagi pembaca agar mau
memberikan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
penyusunan makalah kami selanjutnya. Kami juga mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kesalahan- kesalahan. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
berguna bagi para pembaca.
Om
Santih Santih Santih om
Singaraja,
Desember 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
1.2
Rumusan
Masalah
1.3
Tujuan
Penulisan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Teori Belajar
Kognitif
2.1.1
Tujuan teori Belajar
Konigtif
2.2
Perkembangan Teori Menurut Tokoh-Tokoh Psikologi
Kognitif
2.2.1
Teori Belajar Kognitif Menurut
Piaget
2.2.2
Tahap Perkembangan Menurut
Piaget
2.2.2.1
Tahap Sensorik
Motor
2.2.2.2
Tahap
Pra-operasional
2.2.2.3
Tahap Operasi
Konkrit
2.2.2.4
Tahap Operasi
Formal
2.2.3
Teori Belajar Menurut
Bruner
2.2.4
Teori Belajar Menurut
Ausubel
2.3 Penerapan Teori
Belajar Kognitif dalam
Pembelajaran
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan
mahkluk yang dianggap paling sempurana antara mahklu yang lain,
karena manusia dilengkapi akal sehat serta memiliki rasa ingin tahu.
Rasa ingi tahu yang dimiliki manusia akan membawa manusia itu untuk
belajar, demi mendapatkan pengetahuan. Kemampuan manusia untuk
belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia
dengan hewan. Kelakuan dan kemampuan melakukan sesuatu pada hewan
tidak diperoleh melalui proses belajar, tetapi melalui mekanisme
naluri yang berkembang dengan sendirinya, dan tidak dapat meningkat
karena dibatasi oleh suatu pola yang sudah tertentu. Belajar
bagi manusia memainkan peranan penting dalam pewarisan kebudayaan
berupa kumpulan pengetahuan nilai sikap dan keterampilan kepada
generasi pelanjut.
Belajar merupakan
kegiatan yang selalu dilakukan oleh manusia tak dapat terpisahkan.
Belajar merupakan kebutuhan yang terpenting agar dapat mengembangkan
kemampuan diri, serta mengagi ilmu pengetahuan sedalam mungkin.
Dilihat dalam dunia pendidikan belajar merupakan kebutuhan pokok
manusia yang sudah menjadi aktivitas sehari-hari dan penyelengaraan
dalam proses belajar-mengajar disekolah. Dengan adanya proses belajar
akan terjadi perubahan pada diri siswa. Namun jika kita lihat pada
jaman sekarang, banyak tenaga pendidik yang kurang memahami
perkembangan dan cara belajar peserta didiknya sehingga ilmu yang
diberikan kurang dapat diserap dengan baik oleh peserta didik. Oleh
karena itu, makalah ini disusun, untuk semua pengajar dan siswa
supaya mengetahui makna, tujuan teori kognitif ini, serta mengerti
dan menerapkan teori belajar kognitif dalam kegiatan pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian
dan tujuan Teori Belajar Kognitif?
1.2.2 Bagaimana
Perkembangan teori menurut tokoh-tokoh psikologi kognitif?
1.2.3 Bagaimana
penerapannya Teori Belajar Kognitif dalam kegiatan
pembelajaran.
2.3 Tujuan Penulisan
2.3.1 Untuk mengetahui
arti dari Teori Belajar Kognitif.
2.3.2 Untuk mengetahui
perkembangan teori menurut tokoh-tokoh psikolog kognitif.
2.3.3 Agar mengetahui
bagaimana penerapan Teori Belajar Kognitif dalam kegiatan
pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Teori Belajar Kognitif
Istilah “Cognitive”
berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan ( Neisser, 1976).
Dalam perkembangan selanjutnya teori kognitif mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan
masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, berpikir dan
keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan rasa.
Teori belajar
Kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar.
Dan belajar tidak hanya mementingkan stimulus dan respon, sangat
berlawanan dengan teori behavioristik yang mempelajari proses belajar
hanya sebagai hubungan stimulus dan respon. Seperti juga diungkapkan
oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
dan berbekas”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam
bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai
sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Model belajar
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang disebut sebagai
model perseptual. Dan menurut para ahli jiwa aliran kognitifis,
tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu
terjadi. Maka belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat terliahat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori
kognitif menekankan bahwa bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Teori ini
bepandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan
aspek-aspek kewajiban lainnya. Selain itu pengertian belajar
berdasarkan teori kognitif merupakan perubahan dalam struktur mental
seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan
perilaku. Struktur mental ini meliputi : pengetahuan,
pemahaman,pengalaman-pengalaman sebelumnya, keyakinan, keterampilan
dan harapan. Teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses
mental seperti berfikir dan memfokuskan pada apa yang terjadi pada
siswa.
2.1.1 Tujuan
Teori Belajar Kognitif
Teori
belajar kognitif ini sangat erat hubungan dan berasal dari teori
kognitif dan teori psikologi. Tujuan dari teori psikologi adalah
untuk membentuk hubungan yang teruji, yang teramalkan dari tingkah
laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka secara spesifik sesuai
situasi psikologisnya. Teori kognitif dikembangkan terutama untuk
membantu guru memahami orang lain, terutama muridnya. Ternyata hal
ini dapat membantu si guru untuk memahami dirinya sendiri dengan
lebih baik. Dalam teori kognitif belajar diartikan proses
interaksional di mana seseorang memperoleh insight baru atau struktur
kognitif dan merubah hal-hal yang lama.
Teori
belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi
prinsip-prinsip belajar secara ilmliah yang dapat diterapkan ke
situasi kelas dengan menghasilkan prosedur-prosedur di kelas untuk
mendapatkan hasil yang paling produktif. Teori belajar kognitif
menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan
lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungan
psikologisnya merupakan faktor-faktor yang saling tergantung satu dan
lainnya. Teori ini dikembangkan berdasarkan tujuan yang melatar
belakangi prilaku, cita-cita, cara-cara seseorang dan bagaimana
seseorang memahami diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai
tujuan orang tersebut. Setiap pengertian yang diperoleh berdasarkan
pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan
lingkungannya yang disebut insight.
2.2 Perkembangan
Teori Menurut Tokoh-Tokoh Psikologi Kognitif.
Dalam praktek
pembelajaran, teori kognitif tampak dalam “tahap perkembangan”.
Yang dikemukakan oleh beberapi tokoh psikologi konigtif.
2.2.1 Teori Belajar
Kognitif Menurut Piaget
Jean Piaget meneliti
dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai
1980. Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetik, yaitub suatu proses yang berdasarkan mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang,
maka makin kompleks susunan sel syarafnya dan kemampuan yang dimiliki
semakin meningkat. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi
sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya
kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah
pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut
penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu atau
pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar
individu.
Jean Piaget menyebut
bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan
dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan
memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya
skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian
seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang
lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget memakai
istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme
adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan
dengan :
1) Refleks-refleks
pembawaan : misalnya bernapas, makan, minum.
2) Scheme mental :
misalnya pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap,
pola tingkah laku yang dapat diamati.
Jika schemas / skema
/ pola yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-hal yang
dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan
ekuilibrium (equilibrium), namu ketika anak menghadapi situasi
baru yang tidak bisa dijelaskan dengan pola-pola yang ada, anak
mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium) yaitu kondisi yang
tidak menyenangkan. Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema
pada anak-anak : seorang anak yang baru pertama kali melihat buaya ia
menyebutnya sebagai cecak besar, karena ia baru memiliki konsep cecak
yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki konsep cecak dalam
skemanya dan ketika ia melihat buaya untuk pertama kalinya, konsep
cecaklah yang paling dekat dengan stimulus. Peristiwa ini pun bisa
terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena kurangnya
perbendaharaan kata atau dalam kehidupan sehari-harinya konsep
tersebut jarang ditemui. Misalnya : seringkali orang menyebut kuda
laut itu sebagai singa laut, padahal kedua binatang itu jauh berbeda
cara hidupnya, lingkungan kehidupan, maupun bentuk tubuhnya dengan
kuda ataupun singa. Asosiasi tersebut hanya berdasarkan sebagian
bentuk tubuhnya yang hampir sama.
Piaget mengembangkan
teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa
dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana
anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah
aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial.
Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu
individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.
Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan
fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting
dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran
ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki
pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah
pandangannya menjadi obyektif.
Dalam perkembangan
intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu
struktur, isi dan fungsi (Piaget , 1988: 61 ; Turner, 1984: 8).
- Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
- Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
- Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
2.2.2 Tahap
Perkembangan Menurut Piaget
Sebelum membahas
tentang tahap perkembangan Menurut Piaget, kita mesti mengetahui
konsep dari perkembangan Piaget. Ada beberapa konsep
yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan
kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu;
1. Intelegensi
Piaget mengartikan
intelegensi secara lebih luas, juga tidak mendefinisikan secara
ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap orientasi
biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium
kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan
mekanisme sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P.
Suparno,2001:19).
2. Organisasi
Organisasi adalah
suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna
mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam
suatu sistem yang lebih tinggi.
3. Skema
Skema adalah suatu
struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah
selama perkembangan kognitif seseorang.
4. Asimilasi
Asimilasi adalah
proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep
atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya.
5. Akomodasi
Akomodasi adalah
pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan
rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok
dengan rangsangan yang ada.
6. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi adalah
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi
adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan
akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman
luar dengan struktur dalamnya.
Proses adaptasi
memiliki dua bentuk dan terkjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Kedua ini terjadi apabila seseorang mengalami komplik
kognitif atau suatu suatu ketidak seimbangan antara apa yang telah
diketahui dengan apa yang dilihat atau dialami saat ini. Proses ini
akan mempengarui struktur kognitif. Menurut piaget proses belajar
terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan
ekuilibrasi (penyeimbangan). Agar seseorang dapat mengembangkan dan
menambah pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam
dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses keseimbangan
yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif
yang ada dalam dirinya atau proses ekuilibrasi. Tanpa proses
ekuilibrasi, teori kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan
tidak teratur (disorganized). Dapat tampak pada cara bercibara tidak
runtut, berbelit-belit, terputus-putus dan sebagainya. Adaptasi akan
terjadi jika telah terdapat keseimbangan di dalam struktur kognitif.
Seperti yang
dijelaskan diatas, proses Asimilasi dan akomodasi mempengaruhi
struktur kognitif. Perubahan struktur konigtif merupakan fungsi dari
pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi pada tahap-tahap perkembangan
tertentu. Menurut Piaget tahap-tahap perkembangan dapat dibagi
menjadi empat yaitu:
2.2.2.1 Tahap
Sensorik Motor (dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam dua tahun
pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya
dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan
menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik
serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul
pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu
menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan
menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
2.2.2.2
Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini
sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu
mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan
adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak
hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya
yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda
dengannya.
2.2.2.3
Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini
anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti
tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri
pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah
mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah
pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh
pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa
harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat
mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila
membuat kesalahan.
2.2.2.4
Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini
anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan.
Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa
alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum
yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh
karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka
dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang
bersifat abstrak.
2.2.3 Teori Belajar
Menurut Bruner
Jerome Bruner (1966)
adalah seorang psikologi teori kognitif yang khusus dalam studi
perkembangan fungsi kognitif. Menurut bruner perkembangan kognitif
seseorang terjadi melalui tig tahap yang ditentukan oleh caranya
melihat lingkungan, yaitu: enactive, iconic dan symbolic.
2.2.3.1Tahap
enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitar. Artinya dalam memahami alam sekitarnya
anak menggunakan pengetahuan motorik. misalnya : menggigit, sentuhan,
pengangan dan sebagainnya.
2.2.3.2Tahap ikonik,
seseorang memahami obyek-obyek atau visualisasi verbal. Maksudny,
dalam memahami dunia sekitar anak belajar melalui bentuk perempumaan
dan perbandingan.
2.2.3.3Tahap
simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan
abstrak yang sangat diperlukan oleh kemampuannya berbahasa dan
logika. Dalam memahami dunia sekitar anak belajar melalui
simbol-simbol bahasa, logika. Dengan komunikasi menggunakan simbol.
Semakin matang pemikiran seseorang dalam berpikir. Penggunaan media
dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih
diperlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
2.2.4 Teori Belajar
Bermakna Ausubel
Belajar bermakna
adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang
belajar. Belajar bermakma terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan
fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya. Bila konsep
yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru
tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini
perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia
pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia
ketahiu sebelumnya. Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan
kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara
informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui
penerimaan atau penemuan. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan
informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya,
maka terjadilah belajar dengan hafalan (rote learning). Sebaliknya
jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan
struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna
(meaningful learning). Ausubel (Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa :
“Belajar dikatakan
bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta
didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya
dengan struktur kognitif yang dimilikinya”.
Kesimpulan yang
ditarik oleh Ausubel ialah siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik
dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan
mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer
adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran
yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga
manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi
yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat
membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
David
Ausable mengajukan 4 prinsip pembelajaran, yaitu:
- Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal atau
bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep
lama denan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Pemggunaan
pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam
materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang
teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok
bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.
- Diferensiasi progresif
Dalam proses belajar
bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-konsep. Caranya
unsur yang paling umum dan inklusif dipekenalkan dahulu kemudian baru
yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke
khusus.
- Belajar superordinat
Belajar superordinat
adalah proses struktur kognitif yang mengalami petumbuhan kearah
deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan
dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar
tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan
hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsepkonsep
yang lebih luas dan inklusif.
- Penyesuaian Integratif
Pada suatu sasat
siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama
konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama
yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi
pertentangan kognitif itu, Ausable mengajukan konsep pembelajaran
penyesuaian integratif Caranya materi pelajaran disusun sedemikian
rupa, sehingga guru dapat menggunakan hiierarkhi-hierarkhi konseptual
ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Penangkapan
(reception learning). Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan
oleh David Ausable sebgai jawaban atas ketidakpuasan model belajar
diskoveri yang dikembankan oleh Jerome Bruner etrsebut. Menurut
Ausubel , siswa tidak selalu mengetahui apa yang pening atau relevan
untuk dirinya sendiri sehigga mereka memerlukan motivasi eksternal
untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah
diajarkan di sekolah. Ausable menggambarkan model pembelajaran ini
dengan nama belajar penangkapan. Para pakar teori belajar
penangakapan menyatakan bahwa tugas guru adalah:
- Menstrukturkan situasi belajar.
- Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
- Menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir yang dimulai dari gagasan
Inti
belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori , yakni pembelajaran
sistematik yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang
bermakna (meaningful information). Pembelajaran ekspositori itu
terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1) Penyajian
advance organizer
Advance organizer
merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan bagian-bagian utama
yang etrcakup dalam urutan pengajaran. Advance organiberfungsi untuk
menghubungakan gagasan yang disajikan di dalam pelajaran dengan
informasi yang telah berda didalam pikiran siswa, dan memberikan
skema organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik yang
disajikan.
2)Penyajian
materi atau tugas belajar.
Dalam tahap ini,
guru menyajikan metri pembelajaran yang baru dengan menggunakan
metode ceramah, diskusi, film, atau menyajikan tugas-tugas belajar
kepada siswa . Ausable menekankan tentang pentingnaya mempertahankan
perhatian siswa, dan juaga pentingya pengorganisasian meteri
pelajaran yang dikaitakan dengan struktur yang terdapat didalam
advance organizer. Dia menyarankan suatu proses yang disebut dengan
diferensiasi progresif, dimna pembelajaran berlangsung setahap demi
setahap demi setahap, dimulai dari konsep umum menuju kepada
informasi spesifik, contoh-contoh ilustratif, dan membandingkan
antara konsep lama dengan konsep baru.
3) Memperkuat
organisasi kognitif.
Ausable menyarankan
bahwa guru mencoba mengikatkan informasi baru ke dalam stuktur yang
telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, degan cara
mengingatkan siswa bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan
dengan gambaran informasi yang bersifat umum. Pada akhir pembelajaran
ini siswa diminta mengjukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai
tingkat pemahamannya terhadap pelajaran yang baru dipelajari,
menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan
pengorgnaisasian matyeri pembelajaran sebagaiman yang
dideskripsikan
didalam advance organizer samping itu juga memberikan pertanyanan
kepada siswa dalam rangka menjajagi keluasan pemahaman siswa tentang
isi pelajaran.
2.3 Penerapan Teori
Belajar Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakekat belajar
menurut teori kognitif merupakan suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan
proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori
kognitif sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, tidak lagi mekanistik seperti yang dilakukan dalam
pendekatan behavioritas. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar sangat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsif-prinsif sebagai berikut:
1) Siswa
bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2) Anak
usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3) Keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar amat dipergunakan, karena dengan
keaktifan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik
4) Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki siswa.
5) Pemahaman
dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari yang sederhana menjadi
kompleks.
6) Belajar
memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal.
7) Adanya
perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena
faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan
yang terjadi misalnya: motivasi, persepsi, kemampuan, berpikir
pengetahuan awal dan sebagainya.
Ketiga tokoh aliran
kognitif seraca umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Menurut Piaget, hanya
dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
Sedangkan Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk
belajar sendiri melalui aktifitas menemukan (discovery). Cara
demikian akan mengarahkan siswa pada bentuk belajar induktif, yang
menuntut banyak dilakukan pergaulan. Hal ini tercermin dari model
kurikulum spiral yang dikemukannya. Berbeda dengan Bruner, Ausubel
lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih
banyak menekankan pada cara berpikir deduktif. Hal ini tampak dari
kosefsinya mengenai Advance Organizer sebagai kerangka konseptual
tentang isi pelajaran yang akan dipelajari siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Belajar menurut
teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang
tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat
diukur. Asumsi dari teori ini ialah setiap orasng telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur
kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik
jika materi pelajaran atau informasi baru beradaftasi dengan struktur
kognituf yang telah dimiliki seseorang. Tiga pakar yang terkenal
dalam teori kognitif antara lain: Piaget, Bruner, dan Ausubel.
Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola
tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang., serta melalui
proses asimilasi, akomodasi, dan akuilibrasi. Sedangkan menurut
Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara
seseorang mengatur informasi dan tidak ditentukan uleh umur sesorang.
Tapi proses belajar terjadi melalui tahap-tahap enaktik, ikonik, dan
simbolik. Dan menurut Ausubel belajar terjadi jika seseorang mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan
yang baru. Proses belajar akan terjadi melaui tahap-tahap
memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipaham.
Dalam kegiatan
bpembelajaran, ketrlibatan siswa yang aktif amat diperhatikan. Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika, dari
sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada siswa perlu
diperhatikan, karena dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa
serta dapat mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
3.2 Saran
Pada masa ini banyak
tenaga pendidik yang kurang memahami perkembangan dan cara belajar
peserta didiknya sehingga ilmu yang diberikan kurang dapat diserap
dengan baik oleh peserta didik. Oleh karena itu, dengan adanya
makalah tentang teori perkembangan kognitif diharapkan semua tenaga
pendidik dapat mempelajari dan memahami tentang perkembangan kognitif
para peserta didiknya.
Daftar
Pustaka
Dahar
Ratna Willis. Prof. Dr. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
P2LPTK.
Paul
Suparno. Prof. 2003. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.
Yogyakarta: Kanisius.
Asri
Budiningsih.C.Dr.2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
Winataputra.Udin.S
dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar